Bisnis.com, JAKARTA -- UOB Indonesia merilis UOB Business Outlook Study 2023 guna memberi navigasi bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dan usaha berskala besar di Tanah Air.
Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan sebagai salah satu kekuatan ekonomi di Asia Tenggara, Indonesia menawarkan banyak peluang ekonomi bagi pertumbuhan bisnis.
“Dengan memanfaatkan pengetahuan industri dan keahlian pasar di Indonesia, melalui UOB Business Outlook Study yang bertujuan menavigasi lanskap yang dinamis di kawasan Asean untuk mencapai potensi yang penuh,” katanya berdasarkan keterangan resmi, Jumat (15/9/2023).
Laporan tersebut menunjukkan prospek bisnis yang bergerak positif hingga 2023. Laporan juga mencakup risiko inflasi tinggi serta tantangan perekonomian global. Kajian ini melibatkan 530 perusahaan dari berbagai sektor di kota-kota besar di Indonesia.
Berdasarkan laporannya, 90 persen UKM dan perusahaan berskala besar di Indonesia dalam sektor seperti Layanan Masyarakat dan Pribadi dan Industri, Minyak dan Gas, serta Manufaktur dan Teknik merasa optimis terhadap bisnis pada 2023. Kondisi positif pasalnya banyak dari responden menghadapi perubahan dan tekanan eksternal dalam operasionalnya tahun lalu.
Ke depan, sebagian besar usaha mengambil langkah-langkah guna memastikan mereka tetap siap menghadapi perubahan lingkungan ekonomi. Adopsi solusi digital untuk proses otomatisasi dan peningkatan pengalaman nasabah merupakan langkah utama untuk mendorong pertumbuhan. Selain itu, dalam tiga tahun ke depan, dunia usaha akan memprioritaskan digitalisasi bisnis dalam rangka meningkatkan efisiensi (43 persen), mengembangkan sumber pendapatan baru (36 persen), serta memberikan keterampilan atau meningkatkan keterampilan terhadap SDAM yang ada (27 persen).
Baca Juga
Adapun, bisnis di sektor-sektor seperti Teknologi, Media dan Telekomunikasi serta Layanan Profesional berada di garis depan dalam mendigitalkan model bisnis untuk mendorong pertumbuhan. Praktik keberlanjutan dan transformasi digital merupakan prioritas utama pertumbuhan
Pandemi telah mempercepat pertumbuhan adopsi digital. Adopsi dan keberlanjutan teknologi memiliki potensi yang besar dalam mendorong dampak positif terhadap lingkungan dan sosial guna menjamin kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.
Bersama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia menghadapi kebutuhan yang kian mendesak akan penerapan keberlanjutan. Namun, kajian ini menunjukkan bahwa hanya 47 persen perusahaan yang telah menerapkan praktik keberlanjutan dalam bisnisnya.
Meningkatnya minat terhadap keberlanjutan didorong oleh bagaimana hal tersebut dapat membantu perusahaan menarik investor, meningkatkan reputasi, serta meningkatkan kolaborasi dengan perusahaan berskala besar.
Untuk mempercepat penerapan keberlanjutan, dunia usaha mencari lebih banyak opsi dalam pembiayaan berkelanjutan untuk mendukung rencana keberlanjutannya. Dengan pesatnya adopsi teknologi digital, dunia usaha perlu sigap dalam menetapkan prioritas utama untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Adopsi digital untuk dunia usaha telah menghasilkan kinerja yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, serta peningkatan jangkauan nasabah.
Namun, digitalisasi membawa tantangan yang perlu diatasi, termasuk kekhawatiran terhadap masalah keamanan siber dan peningkatan risiko pelanggaran data. Negara-negara Asia Tenggara, tujuan paling menarik untuk ekspansi pasarDunia usaha di Indonesia menunjukkan minat yang kuat untuk melakukan ekspansi ke luar negeri, khususnya di kalangan perusahaan Real Estate/Perhotelan dan Barang Konsumsi.
Hampir tujuh dari 10 bisnis termotivasi untuk melakukan ekspansi luar negeri untuk mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi.
Sementara itu, lebih dari delapan dari 10 bisnis di Indonesia berkeinginan untuk melakukan ekspansi luar negeri dalam tiga tahun ke depan. Asia Tenggara – khususnya Singapura, Malaysia, dan Thailand – merupakan tujuan pasar utama bagi dunia usaha, diikuti Asia Utara.
Namun, satu dari dua pelaku usaha menyatakan menemukan kesulitan dalam menemukan mitra yang tepat untuk diajak bekerja sama dan tidak memadainya dukungan keuangan atau pendanaan, khususnya usaha yang bergerak di sektor Wholesale Trade dan Jasa Bisnis.