Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi memiliki peluang dalam bursa karbon yang baru saja diluncurkan di Indonesia. Bursa karbon merupakan mekanisme perdagangan atau pasar yang isinya penjualan dan pembelian sertifikat dari pengurangan karbon.
Praktisi asuransi sekaligus Presiden Direktur PT Asuransi Asei Indonesia Achmad Sudiyar Dalimunthe mengungkap industri asuransi dapat berperan dalam bursa karbon. Menurutnya ada banyak hal yang dapat dilakukan agar risiko akibat emisi karbon tersebut dapat diminimalisir. Di antaranya adalah asuransi kelebihan emisi atau excess emissions insurance.
“Produk ini sudah ditawarkan oleh industri asuransi global, dan bisa diimplementasikan di Indonesia,” kata pria yang akrab disapa Dody tersebut kepada Bisnis, Jumat (29/9/2023).
Mekanisme pertanggungannya, perusahaan yang mengeluarkan emisi karbon di atas standar yang telah dijaga namun berpotensi berdampak kepada peningkatan risiko, dapat mengasuransikan kondisi risiko tersebut.
Dia mengatakan saat ini belum ada perusahaan di Indonesia yang memiliki produk asuransi tersebut.
Dody menilai bahwa emisi karbon memang menjadi topik yang perlu dipikirkan saat ini dan ke depan. Pasalnya dampak global yang ditimbulkan sangat signifikan untuk risiko perubahan iklim.
Baca Juga
Peluncuran bursa karbon di Indonesia juga menindaklanjuti Protokol Kyoto yang merupakan perjanjian bersama antar negara untuk mengatur tingkat emisi gas rumah kaca dalam rangka mengatasi masalah pemanasan global.
“Untuk itu perusahaan tersebut harus mengeluarkan sejumlah dana terkait dengan emisi karbon yang dikeluarkannya sebagai komitmen dari kesepakatan pengurangan emisi karbon,” katanya.
Di sisi lain, ada entitas atau negara yang melakukan upaya-upaya untuk menekan dan mengurangi emisi karbon, di mana upaya tersebut harus dihargai dengan menerima sejumlah dana dari entitas yang mengeluarkan emisi karbon berlebih.
“Kondisi inilah yang kemudian memunculkan perdagangan karbon atau carbon trading,” katanya.