Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Asuransi Tradisional Meningkat, Pengamat Ungkap Faktornya

Simak beberapa faktor yang membuat tren produk asuransi tradisional meningkat pada tahun ini.
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta./ Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta./ Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat ungkap beberapa faktor yang membuat tren produk asuransi tradisional meningkat pada tahun ini. Produk tradisional diketahui mengambil alih pendapatan premi di industri asuransi jiwa yang mulanya digerakkan oleh Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Invetasi (PAYDI) atau unit-linked.

Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), premi industri asuransi yang berasal dari produk tradisional meningkat 12 persen pada semester I/2023 menjadi Rp43,67 triliun dari sebelumnya Rp38,97 triliun. 

Pengamat asuransi Dedi Kristianto menyebut salah satu faktor peningkatan tersebut yakni semakin banyaknya produk tradisional yang dijual melalui kanal-kanal pemasaran yang lain, dibandingkan sebelumnya baik itu melalui bank ataupun kerjasama dengan badan usaha tertentu.

“Literasi keuangan masyarakat juga masih cukup rendah untuk memahami produk unit-linked yang dirasa lebih ribet oleh masyarakat dibanding produk tradisional,” kata Dedi kepada Bisnis, Minggu (8/10/2023).

Dedi mengatakan pandemi Covid-19 membawa dampak panjang menyebabkan sekitar 3 juta polis unit-linked di-surrender. Artinya, ada penarikan dana massal atau pembatalan polis sebelum perjanjian asuransi selesai. Menurutnya dampak tersebut masih terasa sampai sekarang. 

Tidak hanya sampai disitu, Dedi mengatakan bahwa banyaknya keluhan masyarakat terkait produk unit link juga menyebabkan masyarakat menjauhi produk tersebut dan memilih untuk membeli produk tradisional.

“Banyaknya masalah pada industri asuransi sepanjang tahun 2022 yang banyak menyebabkan perusahaan asuransi ditutup sangat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri ini sekaligus dalam hal membeli polis asuransi [terutama unit-linked],” ungkapnya. 

Dengan demikian, Dedy menyebut bahwa perusahaaan-perusahaan asuransi saat ini cenderung membuat produk-produk asuransi tradisional dengan dimodifikasi secara fitur dibandingkan membuat produk unit-linked.

Di sisi lain, Dosen/Praktisi Manajemen Risiko, dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman mengatakan bahwa tren tersebut membuktikan bahwa masyarakat sudah mulai sadar terutama akan harfiahnya konsep asuransi adalah proteksi. 

“Sehingga mereka hanya membeli produk tradisional dan reguler seperti term life dan whole life,” kata Wahyudin kepada Bisnis, Kamis (5/10/2023). 

Menurut Wahyudin masyarakat lebih  nyaman untuk melakukan investasi secara terpisah, di tengah mudahnya akses investasi. Selain itu masyarakat juga dapat menyesuaikan limit nominal serta instrumen yang dikehendaki seperti reksadana pasar uang hingga pasar modal, bahkan menabung uangnya di bank. 

Selain itu, Wahyudin menyampaikan efek domino dari maraknya kasus gagal bayar asuransi jiwa beberapa tahun terakhir juga mendorong naiknya produk tradisional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper