Bisnis.com, JAKARTA — Pakar memperkirakan bahwa tren peningkatan produk asuransi tradisional dan penurunan Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Invetasi (PAYDI) atau unit link kemungkinan akan bertahan sampai akhir tahun.
Dosen/Praktisi Manajemen Risiko, dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman menyebut penurunan pembelian produk unit link atau yang lebih luas disebut produk dengan premi tunggal, karena masyarakat, terutama pembeli milenial, sadar akan harfiahnya konsep asuransi adalah proteksi.
“Sehingga mereka hanya membeli produk tradisional dan reguler seperti term life dan whole life,” kata Wahyudin kepada Bisnis, Kamis (5/10/2023).
Menurut Wahyudin masyarakat lebih nyaman untuk melakukan investasi secara terpisah di tengah mudahnya akses. Selain itu masyarakat juga dapat menyesuaikan limit nominal serta instrumen yang dikehendaki seperti reksadana pasar uang hingga pasar modal. Bahkan menabung uangnya di bank.
Selain itu, Wahyudin menyampaikan efek domino dari maraknya kasus gagal bayar asuransi jiwa beberapa tahun terakhir juga mendorong naiknya produk tradisional.
Di sisi lain, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim melihat bahwa peningkatan premi tradisional dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya produk asuransi tradisional memiliki manfaat pasti yang dijamin sehingga tidak berisiko investasi seperti asuransi unit link.
Baca Juga
“Produk asuransi tradisional juga lebih mudah dipahami dan pembayaran premi asuransi dibatasi waktunya,” kata Abitani saat dihubungi Bisnis, Kamis (5/10/2023).
Abitani menambahkan faktor lainnya yakni nilai tebus produk asuransi tradisional juga lebih dapat diprediksi. Tak hanya itu, dia menilai bahwa kasus gagal bayar asuransi yang berhubungan dengan produk asuransi unit-link juga mempengaruhi.
“Peraturan OJK yang dianggap ‘memberatkan’ bagi sebagian perusahaan asuransi dalam menjual produk unit link juga menjadi faktornya,” tandasnya.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat produk tradisional mengambil alih pendapatan premi di industri asuransi jiwa yang mulanya digerakkan oleh unit link.
Menurut catatan AAJI, premi industri asuransi yang berasal dari produk tradisional meningkat 12 persen pada semester I/2023 menjadi Rp43,67 triliun dari sebelumnya Rp38,97 triliun.
Sejumlah asuransi telah membukukan penurunan premi tunggal seiring dengan strategi perusahaan untuk meningkatkan premi reguler. Misalnya saja, PT Asuransi Allianz Life Indonesia atau Allianz Life Indonesia mencatatkan penurunan premi tunggal pada kuartal I/2023 yang menjadi salah satu pendorong penyusutan laba bersih.
Dari laporan keuangan perusahaan, jumlah laba setelah pajak yang diperoleh mencapai Rp48,3 miliar atau turun 42,2 persen dibandingkan dengan Rp82,2 miliar pada kuartal I/2022.
Di sisi lain, PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk. juga sempat mencatatkan penurunan pendapatan premi pada semester I/2023. Pendapatan premi perusahaan asuransi tersebut mencapai Rp1,26 triliun per Juni 2023.
MSIG Life memperoleh pendapatan premi Rp1,28 triliun pada semester I/2022. Head of Customer and Marketing MSIG Life Lukman Auliadi mengatakan penurunan 0,9 persen tersebut terjadi lantaran turunnya pencapaian premi untuk produk premi tunggal.
“Namun perlu digarisbawahi bahwa penurunan ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk meningkatkan kualitas bisnis perusahaan dalam jangka panjang dengan lebih berfokus kepada produk premi regular dibandingkan premi tunggal,” kata Lukman kepada Bisnis, Sabtu (19/8/2023).