Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) sedang bergeliat menyalurkan kredit hijau tahun ini seiring dengan potensinya yang dinilai besar. Salah satu sektor yang diincar perseroan adalah proyek energi terbarukan (renewable energy).
Head of Wholesale, Commercial, and Transaction Banking Bank BTPN Nathan Christianto mengatakan BTPN telah gencar menyalurkan kredit hijau ke sejumlah sektor di Indonesia. BTPN tercatat memiliki portofolio penyaluran pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp14,17 triliun. Dari jumlah ini, Rp7,63 triliun disalurkan sebagai kredit hijau.
Sejumlah proyek pun telah dibiayai oleh BTPN. Tahun ini misalnya, BTPN telah terlibat dalam kredit sindikasi kepada PT Air Bersih Jakarta senilai Rp8,87 triliun untuk pembangunan pipa jaringan air bersih di DKI Jakarta.
Tahun lalu, BTPN dan induknya Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) menyalurkan kredit senilai US$750 juta untuk proyek hijau di PLN.
Adapun, pada tahun ini, perseroan berupaya terus meningkatkan portofolio kredit hijaunya ke berbagai sektor. “Kita memang akan terus berupaya meningkatkan pembiayaan hijau. Kita lihat dari keseluruhan industrinya,” ujarnya dalam acara Bank BTPN Sustainability Seminar 2023 pada Kamis (12/10/2023) di Jakarta.
Nathan mengatakan yang menjadi fokus BTPN pada tahun ini adalah pembiayaan pada proyek energi terbarukan. “Masih dalam renewable energy, selain itu kami sasar perkebunan berkelanjutan. [Tahun] 2023 ke arah itu,” tutur Nathan.
Baca Juga
Hingga Juni 2023, BTPN mencatatkan penyaluran pembiayaan untuk proyek energi terbarukan mencapai Rp1,11 triliun. “Dalam upaya pembiayaan hijau, BTPN memang punya aktivitas di renewable energy yang cukup advance, ada wind farm, solar panel, ada juga di hidro, hingga geothermal,” kata Nathan.
Sementara itu, Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar mengatakan gencarnya kredit hijau yang disalurkan bank merupakan salah satu bentuk komitmen dalam mewujudkan dekarbonisasi.
“Di Bank BTPN, kami mengambil langkah serius dalam mengimplementasi dekarbonisasi untuk mewujudkan keberlanjutan dari segi lingkungan, sosial, dan juga tata kelola manajemen yang baik. Bank BTPN juga sudah memiliki roadmap sebagai wujud komitmen untuk mengejar target net zero emission pada 2050,” kata Henoch.
Sebelumnya Henoch juga menyebut bahwa kredit hijau mempunya potensi yang besar. Apalagi, isu environmental, social, and governance (ESG) menjadi tren saat ini. "Kita melihat the future our credit ya di sini [kredit hijau]," katanya.
Seiring dengan upaya Bank BTPN itu, regulator pun saat ini gencar memberikan sejumlah dukungan bagi perbankan untuk menyalurkan kredit hijau.
Bank Indonesia (BI) misalnya mengeluarkan kebijakan makroprudensial yang mendorong pembiayaan hijau. BI telah menyalurkan insentif bagi bank yang menyalurkan kredit ke 42 sektor prioritas termasuk sektor hijau.
OJK juga mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, apalagi setelah disahkannya Undang-undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).
Dalam UU PPSK, pasal 6 ayat 1b menyebutkan bahwa OJK memiliki tugas baru untuk mengatur dan mengawasi keuangan derivatif dan bursa karbon. Adapun hal tersebut mencakup perdagangan instrumen yang berkaitan dengan nilai ekonomi karbon.
Regulator juga telah menerbitkan insentif di sejumlah sektor keuangan, salah satunya bertujuan mendukung program percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).