Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah meraup laba bersih konsolidasi Rp15,75 triliun pada kuartal III/2023, naik 15,1% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,69 triliun.
Kinerja laba BNI terdorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp31,13 triliun, naik 3,1% yoy. Namun, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank turun dari 4,8% pada September 2022 ke level 4,64% pada September 2023.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi pada kuartal III/2023.
"Akselerasi ini membuat kredit tumbuh 7,8% menjadi Rp671,4 triliun yang didorong ekspansi segmen berisiko rendah, korporasi blue chip, segmen konsumer, dan anak usaha," ujarnya dalam paparan kinerja BNI kuartal III/2023 pada Selasa (31/10/2023).
Seiring dengan pertumbuhan kredit tersebut, aset BNI ikut meningkat sebesar 7% yoy menjadi Rp1.009,3 triliun.
BNI juga telah mencatatkan perbaikan kualitas aset, di mana rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross turun dari 3% pada September 2022 ke 2,3% pada September 2023.
Baca Juga
Sementara biaya dana (cost of fund) BNI tercatat naik dari 1,4% ke 2,1%. "Suku bunga acuan yang tinggi memengaruhi biaya dana. Fenomena ini merata di industri perbankan. Tapi secara struktural masih lebih rendah dibandingkan pandemi," kata Royke.
Dari sisi pendanaan, BNI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp747,59 triliun, naik 9,1% yoy. Dana murah atau current account saving account (CASA) BNI juga naik 5,6% yoy menjadi Rp512,89 triliun.
Adapun, rasio kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9% tahun lalu menjadi 21,9% per September 2023, jauh di atas persyaratan modal minimum sebesar 13,8%.
Rasio kecukupan permodalan ini memberikan BNI kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis dan investasi BNI group.