Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi kredit perbankan bisa tumbuh di atas 10% pada 2024. Perkiraan ini terbilang optimistis, khususnya didasari perhelatan tahun politik alias Pemilu serta perkiraan gerak suku bunga acuan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan rencana bisnis bank (RBB) menunjukkan hampir semua bank menargetkan pertumbuhan kredit di atas 10% pada 2024.
"Bisa jadi dobel digit pada 2024," katanya dalam sesi wawancara khusus dengan Bisnis, akhir pekan lalu (22/12/2023).
Menurutnya, ada dua faktor utama penopang penyaluran kredit pada 2024. Salah satunya Pemilu 2024.
"Kalau melihat data selama ini, ada kontribusi [Pemilu] karena spending naik. Kalau terkait persoalan basic need, kan, dalam GDP [gross domestic product] Indonesia, konsumsi bisa dikatakan dominan terus," ujar Dian.
Faktor lainnya adalah anggapan bahwa pada 2024 akan terjadi tren penurunan suku bunga global yang bisa merembet ke indonesia. Dengan turunnya suku bunga acuan, maka permintaan kredit ke perbankan pun naik.
Sebelumnya, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengatakan suku bunga Amerika Serikat (AS) sudah mencapai puncaknya, namun momen untuk penurunan suku bunga masih belum pasti. Apabila The Fed menurunkan suku bunga AS lebih cepat, sentimen global akan membaik dan potensi kembalinya aliran dana asing ke depan semakin terbuka.
"Sejalan dengan itu, BI [Bank Indonesia] memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps [basis poin] pada 2024. Penurunan suku bunga akan berimbas positif pada perekonomian," kata Andry dalam acara Mandiri Economic Outlook 2023, Selasa (19/12).
Adapun, mengacu laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, penyaluran kredit perbankan jelang tahun baru 2024 moncer tumbuh 9,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), tepatnya mencapai Rp6.930,1 triliun.
Pertumbuhan tersebut lebih pesat, misalnya, dibandingkan pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya atau Oktober 2023 yang mentok 8,7% yoy.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit, sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi dan rumah tangga. Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh sektor perdagangan, industri, dan jasa dunia usaha.
"Ke depan, BI akan terus mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan dan memperkuat sinergi dengan pemerintah, otoritas keuangan, kementerian atau lembaga, perbankan, dan pelaku usaha," ujar Perry.