Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Era Bakar Uang Berakhir, BBYB Pede Cetak Laba pada Kuartal I/2024?

Bank Neo Commerce (BBYB) buka suara soal strategi meraup laba, meski saat ini masih mencetak rugi.
Karyawan melayani nasabah di digital lounge PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) di Jakarta, Selasa (7/2/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan melayani nasabah di digital lounge PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) di Jakarta, Selasa (7/2/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) optimistis untuk meningkatkan profit dalam jangka panjang, kendati masih mencatatkan kerugian. 

Sebagaimana diketahui, Bank Neo Commerce masih mencatatkan penyusutan rugi bersih sebesar Rp566,06 miiliar pada kuartal III/2023. Rugi bersih BBYB ini susut 5,54% ketimbang periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp601,17 miliar. 

Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo Aditya Windarwo untuk strategi profitability, pihaknya terus melengkapi layanan yang diberikan kepada para nasabah yang meliputi individu, korporasi, maupun usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Layanan yang BNC berikan, yang sebelumnya menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat, kini mulai bergeser menjadi layanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya pada Bisnis yang dikutip Minggu (21/1/2024). 

Menurutnya, layanan keuangan BBYB yang makin diminati dan digunakan oleh nasabah menjadi salah satu revenue stream perseroan.

Adapun, keyakinan Aditya untuk bisa memperbaiki kinerja keuangan, lantaran pada 2023, secara bulanannya BBYB telah mencetak laba di Oktober dan November. 

“Hal ini merupakan suatu milestone baru, dan diharapkan pada 2024, kami bisa paling tidak, mulai kuartal I/2024 kita sudah dapat melihat perbaikan untuk full year profitability,” tuturnya. 

Lebih lanjut, dia pun mengungkapkan kinerja BBYB memiliki tren positif. Hal ini seiring dengan makin lengkapnya layanan dan produk yang tersedia.

Sampai dengan posisi September 2023, BNC mencatatkan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 20,76% menjadi Rp15,30 triliun pada September 2023, dibandingkan September 2022 yang sebesar Rp12,67 triliun. 

Terkait likuiditas, BBYB juga memastikan di tengah tren suku bunga yang masih menanjak ini perseroan memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. 

Bagi Aditya, penting bagi perseroan untuk dapat mengelola risiko likuiditasnya dengan baik. Hal inilah yang membuat BBYB memastikan untuk membangun manajemen dan pengelolaan yang efektif dalam menjaga likuiditas bank. 

“Untuk saat ini, secara bankwide, likuiditas BNC masih terjaga dengan sangat baik karena rasionya masih berada di atas threshold yang ditetapkan oleh regulator,” jelasnya. 

Terakhir, soal penempatan dana, Adi menuturkan menempatkan dananya di instrumen-instrumen yang likuid, seperti instrumen investasi yang dikeluarkan Bank Indonesia, dan juga obligasi pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper