Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) membuka ruang akan adanya penurunan suku bunga acuan pada 2024. Sementara, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan longgarnya suku bunga penjaminan simpanan pada tahun ini.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pihaknya memproyeksikan tidak adanya tekanan yang berarti pada kebijakan suku bunga penjaminan simpanan LPS pada 2024.
"LPS melihat tidak ada tekanan. Malah paruh kedua, ada arah berbalik. Jadi ini tidak akan terlalu ketat ke depan," tuturnya dalam acara Konferensi Pers Penetapan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS pada Selasa (30/1/2024).
Adapun, LPS memutuskan untuk mempertahankan tingkat bunga penjaminannya usai rapat Dewan Komisioner yang diselenggarakan pada Senin (29/1/2024). Tingkat bunga penjaminan LPS pun masih berada di angka 4,25% untuk simpanan rupiah di bank umum dan 2,25% untuk simpanan valas. Sementara, untuk bank perekonomian rakyat (BPR) ditetapkan sebesar 6,75%. Tingkat bunga ini berlaku sejak 1 Februari 2024 hingga 31 Mei 2024.
Sebelumnya, LPS telah mempertahankan suku bunga penjaminannya dua kali secara berturut-turut di level tersebut. Adapun, pada awal 2023 suku bunga penjaminan LPS sempat naik sebesar 25 basis poin (bps).
Di tengah tren suku bunga penjaminan LPS, suku bunga simpanan yang ditawarkan bank kepada nasabah nyatanya telah mencatatkan peningkatan. Purbaya menyebutkan suku bunga pasar simpanan rupiah pada Januari 2024 naik 21 bps dibandingkan dengan saat penetapan tingkat bunga penjaminan pada September 2023. Sementara suku bunga simpanan valuta asing (valas) naik 15 bps pada periode yang sama.
Baca Juga
LPS mencatat suku bunga deposito tenor 1 bulan industri pada Januari 2024 mencapai level 4,59%. Purbaya mengatakan bank-bank kecil yang masuk ke dalam kelompok bank dengan modal inti (KBMI) I dan KBMI II tercatat agresif memberikan suku bunga deposito lebih tinggi dalam menghimpun dana.
Purbaya memproyeksikan suku bunga simpanan ke depan akan mengikuti kondisi agregat. "Biasanya bunga deposito tidak akan terlalu jauh dibandingkan tingkat bunga penjaminan LPS," ungkap Purbaya.
Sebagaimana diketahui, BI akan membuka ruang penurunan suku bunga acuannya pada 2024 setelah sepanjang tahun lalu BI rate berada dalam level yang tinggi.
"Ruang penurunan BI rate ke depan masih tetap akan ada," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada beberapa waktu lalu.
Ada sejumlah kriteria kebijakan longgar suku bunga acuan itu pada 2024. "Kriterianya seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah, seberapa terkendalinya inflasi inti dan pangan. Selain itu, bagaimana kita melihat dukungan kredit terhadap pembiayaan ekonomi, dan kesemuanya mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.
Ia menyatakan BI akan tetap sabar melihat kondisi ekonomi dalam negeri dan global dalam menjalankan kebijakan longgar suku bunga acuan itu.
Sementara itu, BI juga memproyeksikan tren kebijakan longgar suku bunga acuan yang terjadi secara global. "Bacaan kami kemungkinan Fed Fund Rate akan turun pada semester II/2024. Penurunan terjadi tiga kali sebanyak 75 bps," katanya.
BI sendiri masih menahan suku bunga acuannya di level 6% pada RDG periode 16-17 Januari 2024. Keputusan mempertahankan BI rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.