Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rapor Bank Daerah pada 2023, dari Bank BJB (BJBR) hingga Bank Jatim (BJTM)

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK, laba BPD susut 5,1% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp14,51 triliun pada 2023.
Nasabah melakukan transaksi menggunakan ATM Bank BJB di Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/7/2022)./Bisnis - Himawan L Nugraha
Nasabah melakukan transaksi menggunakan ATM Bank BJB di Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/7/2022)./Bisnis - Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Industri bank pembangunan daerah (BPD) mencatatkan kinerja laba bersih yang lesu sepanjang 2023. Di antara bank daerah raksasa yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim mencatatkan penyusutan laba pada 2023.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba BPD susut 5,1% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp14,51 triliun pada 2023, dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya Rp15,3 triliun. 

BPD memang mencatatkan peningkatan pendapatan bunga 15,54% yoy pada 2023 menjadi Rp116,96 triliun. Namun, beban bunga BPD membengkak 28,54% yoy menjadi Rp67,43 triliun. 

Alhasil, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) bank daerah pun hanya tumbuh 1,56% yoy menjadi Rp49,53 triliun. 

Sejumlah bank daerah raksasa pun mencatatkan kinerja cuan yang lesu pada 2023. Bank BJB misalnya mencatatkan penurunan laba bersih 22,82% yoy menjadi Rp1,77 triliun pada 2023, dibandingkan laba bank pada 2022 sebesar Rp2,3 triliun. 

Bank Jatim yang telah meraup laba bersih Rp1,47 triliun sepanjang 2023, turun 4,54% yoy dibandingkan laba bersih sepanjang 2022 Rp1,54 triliun.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) pun mencatatkan penurunan laba bersih 13,27% yoy menjadi Rp1,58 triliun pada 2023, dibandingkan tahun sebelumnya Rp1,82 triliun. 

Meskipun, terdapat sejumlah bank daerah yang mencatatkan kinerja moncer laba mereka.

PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta atau Bank DKI misalnya mencatatkan laba bersih Rp1,02 triliun pada 2023, naik 8,63% yoy dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya Rp939 miliar.

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatra Utara atau Bank Sumut berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp740 miliar pada 2023, tumbuh 5,56% yoy dari Rp700,7 miliar pada 2022.

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan yang menjadi penyebab lesunya laba BPD pada 2023 adalah tren kenaikan suku bunga serta pengetatan likuiditas.

"Kenaikan suku bunga deposito karena ketatnya likuiditas tidak bisa serta merta diikuti dengan kenaikan suku bunga kredit. Artinya NIM [margin bunga bersih] akan menyempit," ujar Piter kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, pertumbuhan kredit juga tidak bisa dipacu karena likuiditas yang semakin ketat. "Dengan demikian laba perbankan khususnya BPD akan menurun atau melambat pertumbuhannya," tutur Piter.

Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) yang juga sebagai Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan memang penurunan laba bersih BPD dipengaruhi oleh tren suku bunga bank yang tinggi. Tekanan suku bunga sepanjang 2023 cukup terasa pada kelompok bank daerah, khususnya terkait biaya dana atau cost of fund.

Namun, menurutnya, ke depan outlook BPD akan lebih baik. "Kita lihat suku bunga sudah pada 'peak'-nya dan tinggal menunggu momen penurunan suku bunga dengan memperhatikan kondisi ekonomi secara makro,” ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu (28/2/2024)l

Yuddy berharap pada semester II/2024, suku bunga acuan dapat mulai turun secara berkala sehingga tidak memberikan tekanan lebih kepada biaya dana.

Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman juga mengatakan bank-bank daerah sudah mulai bisa melakukan penyesuaian strategi dengan tantangan laju suku bunga acuan.

"Akhirnya strategi kami adalah bagaimana kami melakukan restruktur kembali terhadap funding. Di mana kami akan lebih mengacu kepada CASA [dana murah]. Sehingga walaupun interest expenses kami naik, tapi kenaikan kami relatif lebih rendah dibandingkan yang lainnya, dan tentu saja nantinya akan kami dorong semakin efisien dan semakin murah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper