Bisnis.com, JAKARTA -- Konglomerat Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora, secara langsung maupun tidak langsung, menguasai lima bank di Tanah Air. Menariknya, capaian laba perseroan mampu menyamai Bank Perekonomian Rakyat alias BPR yang jumlahnya mencapai 1.402 di Indonesia
Berdasarkan catatan Bisnis, Chairul Tanjung menjadi konglomerat yang menguasai bank terbanyak. Perinciannya, tiga bank berstatus anak usaha yakni PT Bank Mega Tbk. (MEGA), PT Bank Mega Syariah, serta PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Tak hanya itu, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora juga terpantau menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di Bank Sulteng dan Bank Sulutgo.
Jika dihitung secara total, kelima bank yang dikuasai oleh CT mampu membukukan Rp4,7 triliun sepanjang 2023. Bank Mega yang dikuasai Chairul Tanjung membukukan laba bersih sepanjang 2023 sebesar Rp3,51 triliun.
Kemudian, laba Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang dikendalikan Mega Corpora dengan kepemilikan 60,88% saham juga mencatatkan kenaikan cuan 64,64% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp270,03 miliar.
Tak hanya cuan dari anak usaha, CT pun menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di Bank Sulteng yang memiliki 24,9% saham dan menggenggam sebanyak 24,82% di Bank Sulutgo pun mencatatkan kinerja apik.
Baca Juga
Di mana, Bank Sulteng mampu mendulang laba hingga Rp257,58 miliar pada 2023 dan di Bank Sulutgo (BSG) sendiri mencatatkan laba bersih Rp250 miliar sepanjang 2023. Adapun, PT Bank Mega Syariah telah membukukan laba bersih senilai Rp238,72 miliar sepanjang 2023.
Sementara itu, mengutip Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total laba BPR terdata sebesar Rp1,94 triliun pada 2023. Capaian laba itu merosot 38,66% secara tahunan (year-on-year/yoy) ketimbang laba pada tahun sebelumnya Rp3,17 triliun.
Akan tetapi, tentu gabungan bank CT ini masih jauh untuk bisa menyamai kelompok bank umum. Di mana, laba Bank Pembangunan Daerah menyentuh Rp14,52 triliun pada 2023 dan laba kantor cabang bank luar negeri yang sebesar Rp12,36 triliun pada 2023
Apalagi untuk kelompok bank pelat merah atau himpunan bank milik negara (Himbara) yang mencatatkan laba Rp128,72 triliun pada 2023 dan bank swasta yang membukukan laba sebesar Rp87,72 triliun sepanjang 2023.
Kinerja Moncer Bank Milik CT di 2024
Kinerja laba sederet bank milik CT Group sendiri diperkirakan masih akan tumbuh pada 2024. Apalagi, melihat kemampuannya dalam menghimpun dana murah.
Misal, Bank Mega yang berupaya mengerek rasio dana murah (current account saving account/CASA) sampai ke level 30%, dari tahun lalu yang hanya memiliki porsi 28,83% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK).
“Salah satunya melalui program Meriah bareng Mega ini diharapkan bisa menarik minat masyarakat. Sehingga, ini diharapkan bisa meningkatkan dana murah sekaligus memperbaiki cost of fund,” ujar Wakil Direktur Utama Bank Mega Diza Larentie beberapa waktu lalu.
Saat ini, untuk sisi pendanaan, terjadi penurunan nilai simpanan nasabah di Bank Mega sebesar 13,12% yoy dari Rp102,94 triliun pada 2022 menjadi Rp89,43 triliun per 2023.
Penurunan simpanan tertinggi terjadi pada jenis giro, susut 20,99% yoy menjadi Rp10,12 triliun. Selain itu, deposito turun 13,28% yoy menjadi Rp63,64 triliun. Lalu, tabungan pun turun 6,31% yoy menjadi Rp15,66 triliun.
Dari anak usaha syariah, Direktur Bisnis Bank Mega Syariah Rasmoro Pramono Aji juga tak mau ketinggalan. Pihaknya, terus meningkatkan portofolio dan dana murah di Bank Mega Syariah.
“Melalui program Berkah Berlimpah Mega Syariah ini, kami mengajak masyarakat Indonesia baik yang sudah menjadi nasabah atau yang belum untuk bersama-sama mengembangkan keuangan syariah di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dengan penempatan tabungan yang makin meningkat, maka perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan positif di tahun 2024 ini.
Tercatat, sejauh ini dana pihak ketiga BMS susut 26,47% menjadi Rp9,69 triliun pada 2023, dari sebelumnya Rp13,18 triliun pada 2022. Sementara itu, rasio dana murah BMS sebesar 29,76% dari total DPK atau senilai Rp2,88 triliun pada 2023. Adapun, raihan tabungan BMS menurun 5,62% menjadi Rp1,69 triliun pada 2023 dari sebelumnya Rp1,79 triliun pada 2022.
Bila dilihat lebih rinci, Allo Bank masih menjadi entitas bisnis yang sukses meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp4,9 triliun sepanjang 2023, naik 10,94% dari sebelumnya Rp4,42 triliun. Dana murah bank pun naik 47,1% menjadi Rp513,3 miliar dari sebelumnya Rp348,05 miliar.
Sementara, pendanaan di bank daerah yang dikuasai CT justru bergerak pada arah yang berlawanan. Di mana, masing-masing keduanya mengalami penyusutan dana pihak ketiga.
Bank Sulteng sendiri meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp7,22 triliun, susut 11,31% sepanjang 2023. Dana murah atau current account savings account (CASA) bank pun susut 9,36% menjadi Rp3,96 triliun pada 2023.
Lalu, Bank Sulutgo juga membukukan dana pihak ketiga (DPK) Rp15,5 triliun, turun 4,2% yoy. Adapun, bank mencatatkan dana murah sebesar Rp4,63 triliun atau 29,87% dari DPK.
Akan tetapi jika dilihat dari capaian aset, nyatanya lima bank yang dikuasai orang terkaya ke-6 di Indonesia masih kalah dari total 1.402 BPR di RI.
Pasalnya, gabungan aset bank yang dikuasai Mega Corpora mencapai Rp192,31 triliun pada 2023. Sedangkan, aset BPR menyentuh Rp194,98 triliun pada 2023.