Bisnis.com, JAKARTA - Daftar emiten bank dengan notasi khusus dari Bursa Efek Indonesia (BEI) bertambah menjadi enam.
Dari data BEI pada Rabu (17/4/2024), tercatat sebanyak enam emiten bank mendapatkan notasi khusus, dari sebelumnya empat emiten.
Adapun, sebelumnya empat emiten bank yang mendapat notasi khusus adalah PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD), PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) dan PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW).
Kemudian, dua emiten bank yang baru mendapatkan notasi khusus yaitu PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) dan PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC).
Keduanya mendapatkan notasi L, di mana notasi ini diberikan pada perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangannya pada BEI. Tercatat, dua perusahaan ini terakhir menyampaikan laporan keuangannya pada kuartal III/2023.
Sementara, empat emiten bank yang lebih dulu mendapatkan notasi X, berarti perusahaan tersebut dicatatkan di papan pemantauan khusus.
Baca Juga
Sebagai informasi, notasi khusus adalah fitur yang dirilis oleh BEI pada akhir Desember 2018 dengan tujuan sebagai salah satu cara cepat untuk mengetahui kondisi suatu emiten.
Data per hari ini, terdapat 258 emiten yang mendapatkan notasi khusus dari BEI dari yang sebelumnya terdapat 227 emiten yang mendapatkan notasi khusus dari BEI per 18 Februari 2024.
Kinerja Bank Kuartal III/2023
Berdasarkan catatan Bisnis, BBKP masih mencatatkan rugi Rp3,37 triliun pada kuartal III/2023, membengkak dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp2,63 triliun.
Meski masih dilanda kerugian, namun kini perseroan telah menyiapkan ancang-ancang demi meraup laba.
Direktur Utama Bank KB Bukopin Woo Yeul Lee mengatakan, setelah mendapatkan modal dari pemegang saham pengendali sebanyak Rp12 triliun per Mei 2023, bank masih dalam jalan yang positif untuk bersih-bersih. Dalam upayanya mengubah rugi menjadi laba, ada dua target yang dicanangkan bank.
Pertama, bank menargetkan untuk mengubah keadaan laba operasional pra-pencadangan (PPOP) ke level positif pada 2024.
"Kedua, untuk net profit tren positif kami sedang berupaya keras dan kemungkinan di 2025 ke depan [net profit positif]," ujar Woo Yeul Lee, Selasa (5/12/2023).
Adapun, dalam mencapai net profit yang positif atau laba bersih, bank saat ini tengah berupaya untuk penyelesaian kredit bermasalah.
"Untuk net profit itu sendiri di dalamnya ada pencatatan CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] penyelesaian kredit bermasalah. Jadi bahwa KB so far masih on track, no issue masih sesuai rencana," tuturnya.
Sementara itu, Bank JTrust sendiri telah membukukan peningkatan laba sebesar 30,89% menjadi Rp111,34 miliar pada kuartal III/2023 dari yang sebelumnya Rp85,06 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, capaian laba bersih Bank JTrust Indonesia didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 32,61% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp593,55 miliar per September 2023, dari sebelumnya Rp447,6 miliar per September 2022.
Direktur Utama J Trust Bank Ritsuo Fukadai menjelaskan bahwa katalis dalam peningkatan kinerja tersebut dipicu oleh pertumbuhan kredit bruto menjadi sebesar Rp23,6 triliun pada September 2023, tumbuh 34,03% dari sebelumnya Rp17,61 triliun.
Alhasil, aset BCIC terkerek naik 23,32% menjadi Rp37,07 triliun dari yang sebelumnya Rp30,06 triliun.
Seiring dengan pertumbuhan kredit, perseroan juga terus menjaga prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit. Rasio NPL (non-performing loan) Bank JTrust pada kuartal III/2023 terus membaik, dengan NPL gross berada di level 1,5% dan NPL net di 1,1%.