Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan bisnis buy now pay later (BNPL) atau paylater semakin ketat. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI berencana untuk mengeluarkan bisnis paylater terbaru yang terintegrasi dengan superapps-nya wondr.
Tidak hanya itu, bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut bakal menggandeng e-commerce Shopee. Rencana ini menambah deretan perbankan yang masuk ke bisnis paylater. Sebelumnya, sudah ada PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang lebih dulu menawarkan layanan paylater.
Belum lagi beberapa perusahaan yang lebih dulu masuk ke bisnis paylater yakni Gopaylater, Shopeepaylater, hingga Kredivo.
Terkait hal tersebut, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat dengan semakin banyaknya bank yang masuk ke bisnis tersebut, potensi paylater menggantikan kartu kredit akan semakin besar.
“Persaingan bisnis pay later akan semakin ketat seiring dengan masuknya bank-bank besar. Potensi paylater untuk menggantikan kartu kredit juga semakin besar,” kata Trioksa saat dihubungi Bisnis, pada Minggu (7/7/2024).
Dengan semakin banyaknya jumlah pemain, Trioksa menyebut bahwa pemain baru juga perlu menyiapkan strategi supaya dapat diterima masyarakat. Beberapa di antaranya yakni dengan memberikan promo untuk menarik konsumen baru.
Baca Juga
Kendati demikian, perlindungan konsumen juga diperlukan kala bisnis paylater semakin ketat. Diketahui saat ini masih belum ada aturan khusus terkait dengan bisnis paylater.
Menurut Trioksa, peraturan khusus paylater idealnya dapat melakukan pengawasan agar konsumen tetap terlindungi dan bisnis paylater dapat berjalan normal dan dikembalikan kepada selera pasar. “Sepanjang konsumen terlindungi menurut saya, bisnis paylater dapat terbuka lebar,” ungkapnya.
Senada, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda pun melihat bahwa pembiayaan melalui kartu kredit kemungkinan akan semakin ditinggalkan.
Dia melihat bahwa konsumsi masyarakat ke depan akan terdorong dari konsumsi leisure masyarakat yang terus meningkat. Konsumsi leisure tersebut berkaitan dengan konsumsi gadget, hotelling, dan transportasi.
“Jika melihat data ke belakang, pertumbuhan konsumsi leisure ini lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi nonleisure. Pengeluaran masyarakat untuk leisure akan semakin tinggi, terutama untuk gen Milenial dan Z. Ditambah lagi sektor teknologi informasi yang tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonom nasional,” kata Huda kepada Bisnis pada Minggu (7/7/2024).
Huda mengatakan konsumsi pembiayaan pun akhirnya berubah dari konvensional ke berbasis pembiayaan berbasis digital. Seperti halnya paylater yang menjadi salah satu metode pembiayaan yang banyak digemari oleh masyarakat.
“Pertumbuhan akun BNPL bisa sampai dua digit, di sisi lain, pertumbuhan kartu kredit hanya 0,5% persen. Jadi, semakin ditinggalkan pembiayaan melalui kartu kredit,” katanya.
Huda mengatakan banyak perbankan yang berbondong-bondong yang masuk ke bisnis paylater karena memang menarik pasarnya. Setelah masuknya paylater ke dalam superapp BCA dan Bank Mandiri, dia yakin bahwa semakin banyak bank yang tertarik.
Oleh sebab itu, bisnis pay later pertumbuhannya akan positif ke depan. Terutama untuk paylater yang terhubung dengan layanan digital. “Saya rasa mereka akan lebih unggul dibandingkan dengan lainnya,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, apabila perbankan mampu terhubung dengan layanan digital seperti e-commerce ataupun online travel agent (OTA), maka dapat lebih unggul.
Faktor lainnya yang membuat pemain baru dapat bersaing adalah faktor keamanan data dan sistem scoring yang lebih bagus, yang mana membuat paylater semakin kuat dan jauh dari masalah.
Terakhir, dia melihat bahwa aturan paylater idealnya tidak jauh beda dengan kartu kredit, namun lebih rileks. “Seperti administrasinya dan sebagainya,” tandasnya.