Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasabah Tak Aktif Transaksi Bebani Bank? Begini Kata Bos Allo Bank (BBHI)

Direktur Utama Allo Bank (BBHI) Indra Utoyo menjelaskan soal beban yang ditanggung bank digital ketika jumlah nasabah non-aktif cukup tinggi.
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) Indra Utoyo buka suara terkait beban yang ditanggung bank digital ketika porsi nasabah aktif belum optimal atau ketika jumlah nasabah non-aktif cukup tinggi.

Dirinya menuturkan sebagai bank umum berbasis digital, Allo Bank memiliki model bisnis yang sangat efisien karena seluruh proses onboarding termasuk e-KYC, pembukaan rekening, dan pengajuan pinjaman dapat diselesaikan melalui mobile application.

“Dengan demikian, biaya akuisisi per nasabah dan beban nasabah non-aktif sangat rendah dibandingkan dengan bank konvensional,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (16/8/2024).

Untuk diketahui, tercatat sejak Allo Bank diluncurkan pada 20 Mei 2022 hingga akhir Juli 2024, perseroan memiliki 10 juta nasabah.

Secara umum, sepanjang setahun terakhir total transaksi di Allo Bank kurang lebih meningkat 3 kali lipat terutama untuk fitur-fitur utama dalam Aplikasi seperti QRIS, Transfer, Top-Up dan Bill Payment. 

“Sedangkan produk digital lending PayLater dan InstantCash meningkat hingga 6 kali lipat dibanding tahun sebelumnya,” ucap Indra.

Menurutnya, pertumbuhan ini sesuai dengan value proposition yang dibangun, di mana supaya nasabah terus menabung dan bertransaksi di Allo Bank, perseroan memberikan keleluasaan kepada nasabah untuk melakukan transfer antar bank secara gratis dan suku bunga yang kompetitif dengan fleksibilitas sesuai keinginan nasabah.

Ke depan, kata Indra, agar nasabah semakin aktif di Allo Bank, pihaknya berupaya menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra strategis melalui penerapan model Open Banking untuk memperkaya dan meningkatkan nilai layanan finansial yang disediakan oleh bank secara contextual. “Terutama untuk sektor-sektor yang dekat dengan aspek kehidupan nasabah,” ucapnya.

Sebelumnya, Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono mengatakan beban yang dirasakan atas rendahnya porsi nasabah aktif di bank digital dapat bervariasi tergantung dari tiap-tiap bank. Menurutnya tiap bank memiliki struktur cost hingga infrastrukturnya yang berbeda.  

“Tergantung banknya ya, karena banyak faktor di belakang itu ya. Misalnya beban, karena apa kira-kira? Karena serving cost mungkin ya, cost-nya gitu ya. Jadi, saya rasa masing-masing bank beda-beda sih ya,” ujarnya, Rabu (14/8/2024).

Andy juga menunjukkan bahwa sebagai bank yang berbasis teknologi memiliki keuntungan dalam hal skalabilitas dibandingkan dengan bank tradisional, karena teknologi modern memungkinkan mereka untuk mengelola pertumbuhan dengan lebih fleksibel dan efisien. 

“Dan juga karena kita [Bank Jago] punya enablement structure dari sistem kita yang beda dengan bank lain [jadi] mungkin saya rasa beda-beda sih ya. Saya enggak bisa bilang pasti [pukul rata bahwa ini beban] untuk semua orang,” katanya.

Bank Jago sendiri mendefinisikan nasabah aktif adalah pengguna yang juga berada di ekosistem mitra integrasi Jago. 

“Walaupun mungkin dia [nasabah] tidak selalu sadar bahwa dia sebenarnya pakai Jago gitu ya. Misal banyak yang pakai Gopay Tabungan. Itu kan enggak buka aplikasi Jago, tapi mau enggak mau pakai Jago sebenarnya,” ungkap Andy.

Adapun, sampai dengan Juli 2024 nasabah funding melalui Aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 10 juta. Jika memperhitungkan nasabah lending, total nasabah Bank Jago mencapai 12,5 juta. 

Lebih lanjut, Andy menjelaskan sejauh ini mitra, seperti ekosistem GoTo serta platform reksadana online Bibit yang terhubung dengan Aplikasi Jago, juga dinilai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan bisnis Bank Jago. Ini terlihat salah satunya dari jumlah nasabah funding Aplikasi Jago yang sebanyak 66% berasal dari mitra ekosistem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper