Bisnis.com, JAKARTA -- PT Asuransi Allianz Life Indonesia mencatat hasil investasi Rp413,63 miliar per Juli 2024. Nilai ini meningkat 50,02% secara bulanan (mtm) atau dari Rp206,73 miliar. Meski demikian, secara tahunan nilai ini mengalami penurunan.
Direktur & Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia, Ong Le Keat mengatakan hal itu selaras dengan data Otoritas Jasa Keuagan (OJK) yang mencatat hasil investasi perusahaan asuransi jiwa pada Juni 2024 mengalami kontraksi 29,99% yoy menjadi Rp11,46 triliun. Penurunan hasil investasi tersebut, paling besar terjadi pada lini usaha produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit linked.
"Seperti halnya tren yang terjadi pada industri asuransi jiwa pada semester I/2024, Allianz mencatat penurunan hasil investasi khususnya pada produk unit link," kata Ong kepada Bisnis, dikutip Minggu (18/8/2024).
Ong menjelaskan, kondisi pertumbuhan ekonomi dan tekanan arus investasi di pasar modal memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan hasil investasi asuransi. "Sehingga Allianz menaruh perhatian khusus pada pengelolaan penempatan investasi dengan strategi investasi yang dinamis," sambungnya.
Dia melanjutkan, strategi perusahaan yang dilakukan di tengah fenomena tersebut adalah dengan terus mengejar strategi investasi jangka panjang dan lebih fokus melakukan penempatan investasi pada instrumen obligasi yang memiliki tingkat sekuritas lebih tinggi dan nilai imbal balik investasi yang lebih pasti.
Di internal perusahaan, Ong menjelaskan Allianz akan terus menerapkan tata kelola yang baik serta penuh kehati-hatian dan menerapkan strategi yang dinamis dan mengutamakan pengelolaan risiko. Melalui strategi ini, Allianz yakin dapat memberikan imbal hasil fund yang baik bagi nasabah.
Baca Juga
Ong bilang, strategi tersebut didukung adanya peluang berupa optimisme terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang konsisten tumbuh di kisaran 5% dengan inflasi yang bisa dijaga yang mana kondisi tersebut akan memberikan dampak positif terhadap kinerja pasar modal.
Di lain sisi, beberapa hal yang menjadi tantangan ke depan menurut Ong adalah konflik geopolitik Israel dengan Palestina, suku bunga Amerika Serikat, kekhawatiran volatilitas harga minyak, penurunan pertumbuhan ekonomi global, melebarnya defisit anggaran, pergerakan nilai tukar Rupiah hingga investor yang wait and see melihat perkembangan ekonomi 2024 ini.
Meski begitu, Ong bilang pihaknya tetap optimis melihat prospek investasi perusahaan asuransi ke depan. "Mengacu pada potensi dan adanya peluang, kami tetap melihat secara optimis pada kondisi ekonomi global maupun domestik khususnya di semester II/2024. Kami juga mengharapkan hasil investasi dapat bertumbuh seiring dengan pertumbuhan aset investasi," kata Ong.