Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan perusahaan pembiayaan atau multifinance akan memanfaatkan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke level 6% untuk melakukan refinancing surat utang mereka yang lebih mahal. Langkah ini dipandang sebagai upaya memperbaiki neraca keuangan perusahaan.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst Pefindo mengatakan penurunan suku bunga menciptakan momentum yang tepat bagi perusahaan multifinance untuk melakukan refinancing. "Dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka dapat mengganti surat utang mahal dengan yang lebih murah," ujar Ahmad saat dihubungi, Selasa (24/9/2024).
Menurutnya, penerbitan surat utang dengan bunga lebih rendah akan membantu perusahaan multifinance memperbaiki leverage keuangan mereka. Namun, Ahmad mencatat bahwa meskipun suku bunga turun, perusahaan multifinance masih belum agresif dalam menerbitkan obligasi dalam waktu dekat.
"Refinancing masih menjadi tema utama di tengah transisi menuju suku bunga yang lebih rendah," tambah Ahmad. Ia menilai, perusahaan multifinance kemungkinan membutuhkan waktu sebelum menerbitkan obligasi baru untuk pendanaan modal kerja atau ekspansi, karena permintaan jasa multifinance masih lemah meski suku bunga sudah diturunkan.
Ahmad juga menyebut bahwa transmisi dampak dari penurunan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan jasa multifinance memerlukan jeda beberapa bulan sebelum benar-benar terasa.
Baca Juga
Realisasi penerbitan surat utang korporasi periode Januari—Agustus 2024:
Sektor |
Januari—Agustus 2023 |
Januari—Agustus 2024 |
Multifinance |
Rp25,9 triliun |
Rp18,01 triliun |
Pulp dan Kertas |
Rp11,67 triliun |
Rp13,7 triliun |
Lembaga Keuangan Khusus |
Rp7,38 triliun |
Rp9,99 triliun |
Perbankan |
Rp6,39 triliun |
Rp8,59 triliun |
Perusahaan Induk |
Rp5,95 triliun |
Rp8,32 triliun |
Pembiayaan Non-Multifinance |
Rp7,24 triliun |
Rp7,27 triliun |
Pertambangan |
Rp6,55 triliun |
Rp6,92 triliun |
Telekomunikasi |
Rp8,47 triliun |
Rp3,98 triliun |
Kimia |
Rp1,25 triliun |
Rp1,78 triliun |
Properti |
NA |
Rp1,42 triliun |
Perdagangan dan Distribusi |
Rp2,43 triliun |
Rp1,37 triliun |
Layanan Kesehatan |
NA |
Rp1,32 triliun |
Manufaktur |
Rp975 miliar |
Rp1,2 triliun |
Sewa Kendaraan dan Transportasi |
NA |
Rp1 triliun |
Jalan Tol |
NA |
Rp932 miliar |
Listrik dan Energi |
Rp939 miliar |
Rp750 miliar |
Konstruksi |
Rp630 miliar |
Rp537 miliar |
Makanan dan Minuman |
Rp150 miliar |
Rp531 miliar |
Obyek Wisata dan Rekreasi |
NA |
Rp503 miliar |
Modal Ventura |
Rp390 miliar |
Rp450 miliar |
Farmasi |
NA |
Rp400 miliar |
Sekuritas |
Rp408 miliar |
Rp388 miliar |
Bandara |
NA |
Rp254,76 miliar |
Perkebunan |
Rp425 miliar |
Rp61,85 miliar |
Perkapalan |
Rp550 miliar |
NA |
Total |
Rp87,17 triliun |
Rp89,736 triliun |