Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mega Syariah mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sepanjang 2024. Perusahaan juga meningkatkan porsi dana murah atau CASA terhadap total DPK pada rentang waktu yang sama.
Direktur Utama Bank Mega Syariah Yuwono Waluyo menuturkan himpunan DPK mengalami pertumbuhan yang stabil sepanjang 2024 lalu. Tercatat, Bank Mega Syariah memiliki DPK mencapai Rp9,96 triliun atau meningkat 2,82% year on year (yoy).
"Peningkatan terbesar DPK terjadi pada portofolio giro yang tumbuh sebesar 47,79%. Ini mengindikasikan keberhasilan bank dalam menjaga efisiensi biaya dana serta meningkatkan basis nasabah institusional," jelas Yuwono dalam Media Gathering di Menara Mega Syariah, Jakarta pada Kamis (13/3/2025).
Selain itu, perusahaan juga mencatat porsi dana murah atau CASA terhadap total dana pihak ketiga (DPK) mencapai 34,01% per akhir 2024. Jumlah tersebut tumbuh dibandingkan posisi 2023 lalu pada kisaran 29,8%
Sementara itu, pembiayaan yang disalurkan Bank Mega Syariah tumbuh 10,45% yoy, menjadi Rp 7,72 triliun pada 2024. Yuwono menuturkan, pertumbuhan pembiayaan didukung oleh perluasan portofolio pada segmen komersial dan konsumer, termasuk produk Syariah Card yang mendapatkan respon positif dari pasar.
Dari sisi profitabilitas, Bank Mega Syariah membukukan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp323,22 miliar pada 2024, meningkat 5,92% dari Rp305,16 miliar pada 2023. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan laba usaha yang tercatat sebesar 4,33%.
Laba bersih Bank Mega Syariah tahun 2024 mencapai Rp253,19 miliar, naik sebesar 6,06% dibandingkan 2023 yang sebesar Rp238,72 miliar. Peningkatan laba bersih ini mencerminkan keberhasilan strategi bank dalam meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan pendapatan dari berbagai segmen bisnisnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Bank Mega Syariah Rasmoro Pramono Aji menambahkan perusahaan menargetkan pertumbuhan porsi dana murah terhadap DPK dapat mencapai 40% hingga akhir 2025. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan fokus dalam memperluas penetrasi pasar dan meningkatkan pertumbuhan bisnis melalui strategi Business to Business to Consumer (B2B2C).
Dia menuturkan, perusahaan akan mengembangkan ekosistem produk dan layanan perusahaan secara optimal secara end-to-end. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kemudahan akses perbankan syariah bagi seluruh segmen nasabah.
"Kita ingin betul-betul tumbuh secara berkualitas, Karena ini pesaingnya bukan hanya bank syariah, tetapi juga bank konvensional," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan bahwa pelambatan dari pertumbuhan DPK menjadi tantangan perbankan Tanah Air beberapa waktu terakhir. Hal ini tecermin dari loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang terbilang tinggi sebesar 89,05% pada Desember 2024.
“Jadi, ini yang menjadi isu utama di perbankan, bagaimana memastikan bahwa pertumbuhan DPK yang memadai untuk mendukung pertumbuhan kredit pada 2025,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025).
Tiko–sapaan akrabnya–melihat bahwa penurunan signifikan terjadi pada kategori DPK perorangan, sedangkan DPK korporasi bertumbuh tinggi.
Menurutnya, hal ini patut menjadi perhatian, mengingat sejumlah bank saat ini cenderung mengalami kendala untuk menumbuhkan dana murah alias current account saving account (CASA). Biaya dana alias cost of fund pun meningkat tajam.