Bisnis.com, JAKARTA – Kredit macet di industri fintech peer to peer lending (fintech P2P lending) bukan hanya sekadar gagalnya peminjam mengembalikan pinjaman online mereka. Di balik itu, ternyata ada korelasi antara variabel lainnya seperti besarnya kredit macet pada usia produktif imbas pemutusan hubungan kerja (PHK), serta korelasi melonjaknya kredit macet peminjam berusia lanjut dengan lemahnya program dana pensiun di Tanah Air.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa outstanding pinjaman macet P2P lending lebih dari 90 hari per Desember 2024 sebesar Rp2,01 triliun, meningkat 14,8% year on year (YoY). Apabila data itu dibedah, pinjaman macet dari perseorangan mencapai Rp1,50 triliun atau mencapai 75% dari total pinjaman macet. Angka tersebut tumbuh 15% YoY.
Bila diklasifikasikan berdasarkan usia, pinjaman macet perseorangan dikontribusikan terbesar dari peminjam berusia 19-34 tahun dengan nominal pinjaman macet sebesar Rp779,73 miliar, tumbuh 6,8% YoY.
Etikah Karyani, Peneliti FEB UNS & Center Of Reform On Economics (Core) Indonesia mengatakan besarnya kredit macet pada usia produktif tersebut punya korelasi kuat dengan tren PHK.
Sepanjang 2024, pemerintah mencatat ada 77.965 orang mengalami PHK. Jumlah tersebut meningkat 20,2% dibanding 2023 yang tercatat mencapai 64.855 tenaga kerja.
"Terdapat korelasi kuat antara PHK, penurunan daya beli dan peningkatan pinjaman macet pada usia produktif. Ini menunjukkan fungsi P2P lending telah bergeser dari fungsi produktif menjadi fungsi survival yang memperbesar risiko sistemik di sektor pembiayaan digital," kata Etikah, Rabu (27/3/2025).
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menduga, ketika PHK melonjak maka pendapatan masyarakat akan berkurang dan diikuti pelemahan daya beli. Di sisi lain, kebutuhan primer mereka mengalami peningkatan sehingga kalangan ter-PHK ini mencari alternatif pembiayaan dari pinjaman online.
"Saya melihat ada pergeseran karakteristik peminjam gagal bayar dari peminjam muda ke peminjam usia produktif dan usia lanjut. Alasannya tidak lain adalah pemenuhan kebutuhan akibat pendapatan berkurang. Ketika pendapatan terbatas dan ada pembiayaan, maka yang terjadi adalah potensi gagal bayar. Usia produktif (19-34 tahun) ini juga lagi tinggi kebutuhannya mengingat kenaikan gaji terbatas, bahkan hilang," kata Huda.
Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan kemudahan yang ditawarkan P2P lending mengucur pinjaman menjadi opsi bagi pekerja terdampak PHK mendapatkan bantalan pembiayaan. Di sisi lain, kalangan ini tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman yang mereka dapatkan.
Melihat fenomena tersebut, Heru berharap industri P2P lending melakukan perbaikan tata keloa dengan lebih selektif memberikan pinjaman mereka.
"Ini kan menyelesaikan masalah dengan masalah. Jadi ada hubungan dengan PHK, PHK tidak ada pendapatan, jadi sulit mengembalikan. P2P lending di Indonesia perlu ditata ulang, dikelola. Memang masalah fenomena PHK jadi fenomena bersama, tapi kan termasuk daya beli merosot ekonomi tidak baik-baik saja sehingga ini akan mempengaruhi pengembalian P2P lending. Peminjamannya memang meningkat tapi pengembaliannya bisa jadi persoalan," kata Heru.
Menanggapi besarnya kredit macet dari usia produktif tersebut, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S.Djafar mengatakan hal tersebut lumrah terjadi. Entjik beralasan segmen usia produktif memang menjadi pasar utama bagi P2P lending.
"Mendominasinya usia produktif pada pindar dikarenakan market pindar itu memang ada pada usia 18-34 tahun sehingga wajar apabila pada area umur tersebut agak tinggi," kata Entjik.
Tahun ini AFPI optimis industri bisa menekan besaran kredit macet pinjaman online. Entjik menjabarkan industri P2P lending telah melakukan strategi mitigasi terutama pada algoritma risk acceptance criteria pada mesin penyelenggara P2P lending. "Kami optimis [2025] untuk lebih baik," tandasnya.
Lemahnya Program Dana Pensiun
Apabila usia produktif menjadi segmen yang paling besar menyumbang kredit macet P2P lending, masyarakat berusia lansia justru mencatatkan lonjakan paling besar.
Dari jumlah pinjaman macet perseorangan sepanjang 2024, pinjaman macet dari peminjam berusia di atas 54 tahun mengalami lonjakan paling tinggi, yakni tumbuh 104% YoY menjadi Rp94,87 miliar.
Syarif Yunus, Asesor Kompetensi LSP Dana Pensiun menjelaskan data tersebut menjelaskan bahwa pensiunan yang terjebak pinaman online tidak punya dana pensiun atau uang pensiunnya sangat rendah.
"Sehingga itu Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan biaya hidupnya. Jadi pinjol sebagai alternatif atas masalah keuangan pensiunan," kata Syarif.
Menurut Syarif, sejumlah tantangan utama yang membuat program dana pensiun di Indonesia kurang optimal antara lain adalah rendahnya literasi dan inklusi dana pensiun di kalangan pekerja sehingga tidak punya program pensiun.
"Kedua, mudahnya orang mengakses pinjol hingga terjebak utang pinjol apalagi sampai tidak bisa membayar. Maka solusinya adalah mewajibkan program pensiun apapun bentuknya, termasuk mengkampanyekan pentingnya dana pensiun sejak dini untuk mempersiapkan masa pensiun yang nyaman," ujarnya.
Senada, Staf Ahli Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengatakan fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak para pensiunan yang penghasilan pensiunnya memang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu karena kecilnya PhDP atau penghasilan dasar pensiun sehingga manfaat pensiun yang diterima juga kecil.
"Masalah pinjaman online menjadi budaya bagi pensiunan karena adanya kemudahan mendapatkan dana secara cepat dengan syarat mudah, namun bunga sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan macet. Karena dalam memberikan pinjaman online ini tidak mempertimbangkan risiko yang melekat pada para pensiunan," ujar Bambang.
Dengan kondisi ini, Bambang menilai tantangan utama yang dihadapi para pensiunan adalah kecilnya penghasilan pensiun, sementara di saat yang sama ada kemudahan pemberian pinjaman secara online tanpa mempertimbangkan risiko.
"Solusi yang baik adalah dengan membatasi pinjaman online pada para pensiunan dengan cara literasi keuangan," pungkasnya.