Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Biaya Pendidikan di Atas Inflasi jadi Peluang Lirik Asuransi

Inflasi pendidikan pada Maret 2025 lebih besar dari inflasi nasional, yakni mencapai 1,89% YoY dan memberikan andil inflasi umum sebesar 0,11%.
Ilustrasi tabungan pendidikan / dok. Freepik
Ilustrasi tabungan pendidikan / dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan asuransi jiwa, PT MSIG Life Tbk. (LIFE) melihat lonjakan biaya pendidikan di Indonesia yang lebih tinggi dibanding inflasi nasional menjadi peluang asuransi memberikan perlindungan jangka panjang.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi umum per Maret 2025 sebesar 1,03% year on year (YoY). Bila dibedah berdasarkan kelompok, inflasi pendidikan pada periode tersebut lebih besar dari inflasi nasional, yakni mencapai 1,89% YoY dan memberikan andil inflasi umum sebesar 0,11%.

"Kenaikan biaya pendidikan, terutama pendidikan tinggi yang lebih besar dibanding inflasi nasional mendorong kebutuhan perencanaan jangka panjang. Kenaikan biaya pendidikan tidak bisa diimbangi dengan return investasi, sehingga orang tua harus menyisihkan sejak awal (sejak anak lahir) dan memiliki waktu cukup untuk mengembangkan dananya," kata Wianto Chen, CEO & President Director MSIG Life kepada Bisnis, dikutip Kamis (10/4/2025).

Meski ada peluang, Wianto melihat ada dua tantangan utama yang bisa mengganjal penetrasi asuransi pendidikan. Pertama adalah pertumbuhan kesadaran akan perencanaan finansial di kelas menengah. Kedua, kepercayaan masyarakat terhadap asuransi, terutama produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit linked yang masih perlu ditingkatkan.

Wianto menjelaskan bahwa keunggulan perencanaan pendidikan melalui asuransi jiwa berjangka adalah manfaat uang pertanggungan yang dapat digunakan untuk membiayai pendidikan apabila orang tua (tertanggung) meninggal dunia, serta manfaat return of premium lebih besar di akhir masa perlindungan dibanding total premi yang dibayarkan saat risiko tidak terjadi.

Peluang asuransi pendidikan tersebut juga didukung dengan sentimen positif pasar. Lembaga riset IFG Progress pada Maret 2025 merilis hasil survei yang menyebutkan bahwa responden yang telah memiliki asuransi dan berencana untuk membeli asuransi tambahan, asuransi pendidikan menjadi asuransi yang mendapatkan minat terbesar (23,4%).

Dijelaskan bahwa alasan rencana pembelian ini didominasi oleh keinginan untuk mendapatkan perlindungan tambahan (46,2%). Sementara itu, responden yang belum memiliki asuransi juga memiliki kebutuhan perlindungan tertinggi pada pendidikan di masa depan (67,2%).

Atas adanya sentimen positif pasar terhadap minat asuransi pendidikan tersebut, Wianto mengatakan strategi yang dilakukan perusahaannya adalah dengan melakukan inovasi-inovasi baru, misalnya yang sudah ada di dalam produk asuransi milik MSIG Life.

"Smile Ultima Term Life memberikan proteksi yang komprehensif meliputi perlindungan jiwa untuk risiko meninggal dunia, perlindungan terhadap 10 penyakit kritis mayor serta pengembalian premi hingga 140%," ungkapnya.

Selain itu, menurutnya fitur return of premium dalam produk asuransi menjadi salah satu kendaraan untuk menembus pasar Indonesia, terutama keluarga muda yang membutuhkan produk berjangka serta memberikan manfaat pasti.

Sementara bagi nasabah high net worth (individu dengan kekayaan bersih tinggi), kata dia, produk PAYDI bisa menjadi solusi yang menawarkan manfaat optimal untuk perlindungan dan juga investasi, di mana nilai tunai dapat dimanfaatkan untuk membayar perlindungan atau membayar kebutuhan lainnya seperti pendidikan.

Adapun portofolio asuransi yang memberikan proteksi pendidikan di MSIG Life saat ini adalah pada asuransi jiwa berjangka menyumbang 8% dan produk PAYDI sebesar 8%.

Khusus untuk produk PAYDI, Wianto melihat saat ini pasarnya masih ada namun lebih tersegmentasi. Menurutnya PAYDI saat ini lebih menarik bagi nasabah high net worth yang mengutamakan likuiditas, fleksibilitas dan memiliki risk appetite yang lebih tinggi dibandingkan segmen lainnya.

"Untuk produk asurasi jiwa berjangka, kami optimis produk ini memiliki prospek pertumbuhan yang positif, berkaca dari salah satu produk kami mengalami pertumbuhan hingga 33% YoY di Februari 2025," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper