“Kalau sekarang mau intervensi BSI lewat Mandiri dulu. Nantinya, kalau BSI langsung di bawah Danantara, kendalinya jadi lebih direct. Maka, potensi BSI menjadi hub ekonomi syariah nasional akan lebih besar,” kata Toto.
Di sisi lain, manajemen BSI memilih untuk tidak berspekulasi mengenai kabar perpindahan kepemilikan. Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menyampaikan bahwa pihaknya belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena hal tersebut berada di luar kendali perusahaan.
“Sementara ini, itu merupakan kewenangan pemegang saham, jadi kami menunggu saja perkembangannya,” kata Wisnu saat ditemui di kantor pusat BSI, Rabu (4/6/2025).
Wisnu mengatakan fokus BSI saat ini adalah menjaga kinerja perusahaan tetap stabil dan sejalan dengan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan sejak penggabungan tiga bank syariah milik negara. Dia enggan berspekulasi mengenai dampak dari rencana akuisisi terhadap kinerja BSI ke depan.
“Kami tetap berkomitmen pada rencana bisnis jangka panjang dan sejak awal merger, kami membawa misi untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah nasional, karena permintaannya besar, tetapi penyedia jasanya masih terbatas. Di situlah peran BSI sebagai bank syariah terbesar,” jelasnya.
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa proses pemisahan tersebut masih dalam tahap kajian. Nantinya, kata Erick, BSI akan berada di bawah pengelolaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Baca Juga
“Belum, masih proses [pemisahan BSI dari Bank Mandiri]. Kan nanti dari Danantara akan mengajukan ke kami, baru kita lihat seperti apa prospeknya,” ujar Erick saat ditemui kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (2/6/2025).
Erick menegaskan bahwa peran Kementerian BUMN saat ini adalah sebagai regulator. Oleh karena itu, kajian dan pengajuan resmi akan dilakukan terlebih dahulu oleh Danantara sebelum keputusan diambil. “Iya, nanti ada kajian dari mereka, kan sekarang posisi saya sebagai regulator,” jelas Erick.
BSI saat ini merupakan hasil merger tiga bank syariah milik Himbara, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah, dengan Mandiri sebagai pemegang saham mayoritas.
Bank Mandiri saat ini tercatat sebagai pemegang saham terbesar BRIS, dengan porsi sebesar 51,47%. Bank BUMN lainnya, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI) memiliki 23,24% saham BSI, sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 15,38%. Sementara, sebesar 9,91% saham BRIS dipegang oleh masyarakat.