Bisnis.com, JAKARTA – Piutang pembiayaan kendaraan listrik industri multifinance per April 2025 tercatat sebesar Rp17,71 triliun atau sebesar 3,35% dari total penyaluran pembiayaan multifinance. Angka itu telah melampaui total pembiayaan kendaraan listrik oleh industri multifinance sepanjang 2024 yang mencapai Rp16,63 triliun atau sebesar 3,31% dari total piutang pembiayaan.
Peningkatan pembiayaan tersebut seiring dengan jumlah penjualan kendaraan listrik yang tumbuh pesat terstimulus oleh insentif dan subsidi yangn digelontorkan pemerintah.
Momentum itu salah satunya bisa dipotret dari data tren penjualan mobil listrik pada 2021 yang hanya 687 unit, kemudian menjadi 10.327 unit pada 2022 ketika pemerintah mengumumkan akan memberikan insentif pembelian kendaraan listrik.
Pada 1 April 2023, terbit Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 Tahun 2023 yang mengatur bahwa mobil listrik dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) minimal 40% bisa mendapatkan insentif PPN 10%. Artinya, mobil listrik yang memenuhi syarat hanya dikenakan PPN 1%.
Hasilnya, penjualan mobil listrik pada 2023 melesat menjadi 17.051 unit. Selanjutnya pada 2024 pemerintah melanjutkan insentif tersebut, dan hasilnya adalah penjualan mobil listrik naik menjadi 43.188 unit pada 2024.
Tahun ini, insentif kendaraan listrik dilanjutkan pemerintah. Hal ini disambut baik oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Baca Juga
"Ini potensinya cukup bagus karena mereka mendapatkan insentif pajak dan lain sebagainya. Ya mereka akan menggunakan kesempatan ini," kata Ketua APPI Suwandi Wiratno kepada Bisnis, Senin (10/6/2025).
Meski pembiayaan kendaraan listrik meningkat, Suwandi menilai porsi pembiayaan tersebut sulit bertambah signifikan dari kisaran 3% dari total portofolio pembiayaan industri multifinance. Alasannya, pertama, tidak semua perusahaan multifinance menawarkan produk pembiayaan kendaraan listrik.
Kedua, pasar kendaraan listrik saat ini masih terbatas hanya di kota-kota besar seperti Jakarta.
Namun, Suwandi melihat dari segi kebutuhan ada peningkatan cukup signifikan. Hal itu terlihat dari perubahan tren perilaku pembeli kendaraan listrik yang memanfaatkan pembiayaan multifinance.
"Awal-awal kan 70% pada saat mobil listrik dijual, itu maish 70% orang beli tunai. Kalau sekarang [pembelian kredit] sudah meningkat sekitar 50-60% orang punya kesempatan untuk membeli secara kredit," ujarnya.
Pertumbuhan Tiga Digit
Beberapa perusahaan multifinance mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam pembiayaan kendaraan listrik dalam rentang Januari-April 2025.
Contohnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance sampai dengan April 2025 mencatat pembiayaan kendaraan listrik sebesar Rp242 miliar, tumbuh sekitar 124% YoY.
Pembiayaan tersebut telah mencapai sekitar 64% dari total pembiayaan kendaraan listrik ADMF sepanjang 2024 sebesar Rp380 miliar.
"Hingga akhir tahun 2025, Adira Finance menargetkan peningkatan pembiayaan kendaraan listrik sebesar 30% dibandingkan tahun sebelumnya," kata Chief of Financial Officer Adira Finance Sylvanus Gani.
Meski dalam situasi ekonomi yang tidak sebagus 2024, Sylvanus menilai insentif kendaraan listrik tahun ini tetap saja dapat menjadi katalis positif bagi pembiayaan multifinance karena mampu menurunkan harga jual kendaraan listrik dan memperluas basis konsumen.
"Bagi multifinance, hal ini [insentif] dapat membuka peluang pertumbuhan pembiayaan, namun demikian perlu didukung oleh seleksi kredit yang cermat dan berhati-hati," pungkasnya.
Perusahaan lainnya yang mencatat pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik tiga digit adalah PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF). Sampai dengan April 2025, CNAF telah menyalurkan pembiayaan kendaraan ramah lingkungan (listrik dan hybrid) sebesar Rp371,66 miliar, tumbuh 133% YoY dibanding periode yang sama pada 2024 sebesar Rp159,40 miliar.
Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman memaparkan bahwa pembiayaan kendaraan ramah lingkungan ini mengambil porsi sebesar 7,5% dari total keseluruhan portofolio CNAF, atau tumbuh 2,8% dari periode yang sama di tahun 2024.
Tahun ini CNAF menargetkan total penyaluran pembiayaan kendaraan ramah lingkungan sebesar Rp665 miliar. Target tersebut sedikit lebih rendah dibanding pembiayaan kendaraan ramah lingkungan CNAF sepanjang 2024 sebesar Rp740 miliar.
"Insentif dari pemerintah untuk pembiayaan kendaraan listrik merupakan stimulus yang positif tentunya bagi masyarakat. Hal tersebut menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menaikkan daya beli masyarakat serta mendorong perubahan moda transportasi di Indonesia," ujar Ristiawan.
Situasi Ekonomi Berbeda
Tahun ini pemerintah memang kembali memberikan insentif dan subsidi kendaraan listrik. Bedanya, kondisi ekonomi dalam negeri tahun ini berbeda dengan tahun lalu.
Pada kuartal I/2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,87% year on year (YoY) dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 sebesar 5,11%.
Meskipun kondisi ekonomi tahun ini sedikit melemah, praktisi dan pengamat industri pembiayaan Jodjana Jody menilai insentif kendaraan listrik tetap akan signifikan mendorong performa pembiayaan industri multifinance.