Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Federal Reserve mengurangi pembelian aset mulai Januari 2014 belum berdampak terhadap pasar keuangan di Indonesia.
Menteri Keuangan M.Chatib Basri mengemukakan pasar sudah melakukan penyesuaian sejak rencana tapering off quantitative easing (QE) diumumkan Gubernur the Fed Ben S. Bernanke pada Mei lalu.
Akibatnya, pasar tak bereaksi negatif ketika bank sentral AS itu memberikan kepastian tentang rencana pengurangan stimulus moneter. Namun, Chatib menyampaikan dia perlu terus memantau perkembangan pasar saham, uang dan utang Indonesia.
“Kalau lihat market dari pagi sampai siang ini, kelihatannya sudah di-price in, sudah di-internalized efeknya oleh pasar. Tapi, saya belum bisa menyimpulkan hanya dari sekian jam saja,” katanya, Kamis (19/12/2013).
Menurutnya, imbas terhadap investasi AS di Indonesia, baik di pasar finansial maupun riil (foreign direct investment) pasti ada seiring penguatan dolar terhadap mata uang global. Namun, seberapa besar dampak tersebut, dia masih memantau.
“Kapital pasti akan mengarah ke AS, tapi persoalannya adalah mungkin itu sudah di-price in di dalam harga mereka. Jadi, kalau toh nanti kapitalnya mengarah ke sana, efek di financial market-nya mungkin tidak setinggi sebelumnya,” ujarnya.
Rupiah menguat 0,33% menjadi Rp12.129 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi menurut Bloomberg Dollar Index.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pun menghijau dengan kenaikan 0,99% ke level 4.237 pada jeda siang. Adapun imbal hasil surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun stabil di 8,4%.