Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Bukopin, Anak usaha PT Bank Bukopin Tbk., hingga saat ini mencari investor strategis yang tepat demi merealisasikan rencana naik kelas menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II pada tahun ini dan rencana penerbitan saham perdana [initial public offering/IPO] pada 2020.
Saidi Mulia Lubis, Direktur Utama PT Bank Syariah Bukopin mengakui hingga saat ini terdapat sejumlah investor strategis yang menyatakan ketertarikannya untuk masuk ke Bank Syariah Bukopin.
Namun, Saidi mengaku belum bisa menyebutkan nama-nama calon investor strategis tersebut, pasalnya saat ini masih dalam proses pembicaraan.
"Iya kami sedang mencari strategic investor. Proses sedang berjalan, lagi lirik kanan - kiri. Pokoknya sudah ada yang colek-colek juga," tuturnya, Kamis (1/2/2018).
Meskipun belum bersedia mengungkapkan nama-nama calon investornya itu, Saidi menegaskan investor strategis yang diharapkan itu adalah perusahaan yang juga bergerak di bidang perbankan.
"Pengennya dari perbankan juga yang beda dari Bukopin seperti posisi sekarang ini, sehingga bisa saling komplemen," tegasnya.
Pihaknya pun menyatakan tidak mempersoalkan apakah calon investor itu dari dalam negeri maupun asing. Namun, kata dia, yang terpenting adalah yang mengerti dan menguasai bisnis syariah.
Saidi mengatakan target Bank Syariah Bukopin naik kelas menjadi bank dengan permodalan Rp1 triliun – Rp5 triliun diharapkan dapat terealisasi pada tahun ini.
Apalagi tahun ini, Bank Bukopin selaku induk usaha juga sudah memastikan bakal memberikan suntikan modal Rp100 miliar pada September 2018.
"Tahun ini perseroan bakal menambah modal PT Bank Syariah Bukopin sebesar Rp100 miliar yang akan direalisasikan pada Triwulan III/2018," ujar Eko Rachmansyah Gindo, Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk.
Bank Syariah Bukopin mengharapkan penyelesaian proses pencarian investor strategis itu tidak memakan waktu lama lagi. Pasalnya, perseroan juga memiliki rencana untuk IPO pada 2020.
"Kita memang juga ada rencana IPO pada 2020. Tapi sebelum masuk ke sana, kami ingin mendapatkan investor strategis dahulu," tutur Saidi.
Dengan begitu, lanjut dia, apabila Bank Syariah Bukopin jadi melantai di bursa, sudah ada strategic investor yang lainnya lagi, sehingga saat penawaran saham perdana tersebut akan lebih menarik.
"Modal inti kami saat ini sudah hampir Rp1 triliun. Nanti kalau sudah 2020, selain posisi kami sudah BUKU II, diharapkan aset juga sudah di kisaran Rp15 triliun," terangnya.
Sementara itu, pada pemberitaan Bisnis Mei 2017, dinyatakan bakal calon investor yang tengah mendekati bank syariah tersebut berasal dari sedikitnya dua negara, yakni Malaysia dan Qatar.
Salah satu pemodal yang kerap disebut-sebut akan menanamkan saham di anak usaha Bank Bukopin tersebut adalah Affin Bank Bhd. yang berasal dari Malaysia.
Eko Rachmansyah Gindo, yang ketika itu masih menjabat Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk.mengungkapkan Affin Bank telah menyampaikan minatnya lewat komunikasi tertulis untuk mengincar BSB.
Dia menekankan, induk perusahaan ingin calon investor yang masuk memiliki pengalaman dalam bidang perbankan syariah sehingga dapat membesarkan Bank Syariah Bukopin. Menurutnya, ada kemiripan antara BSB dengan Affin Bank, terutama dari segmen usaha.
“Affin Bank dimiliki oleh semacam yayasan dana pensiun di Malaysia, kemudian memiliki anak perusahaan namanya Affin Islamic Bank. Jadi sama seperti Bukopin," ujarnya.
Namun demikian, berdasarkan sumber Bisnis, selain dua negara tersebut, yakni Malaysia dan Qatar, juga terdapat calon investor strategis dari China yang menyatakan ketertarikannya masuk Bank Syariah Bukopin.
"Ada beberapa dari China juga dan beberapa lainnya. Banyak dari negara luar mau masuk syariah," ujar sumber Bisnis tersebut.