Bisnis.com, JAKARTA – PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) memperbaharui alokasi investasi ke instrumen yang bersifat jangka panjang.
Perusahaan asuransi jiwa dengan aset terbesar di Indonesia itu mengurangi kepemilikan pada instrumen deposito menurun hingga 29,74%. Di sisi lain investasi pada instrumen reksa dana bertumbuh hingga 21,78%.
Chief Investment Officer Prudential Indonesia Novi Imelda menjelaskan penurunan tersebut terjadi karena pihaknya memindahkan uang ke government bond. Hal tersebut menurutnya dilakukan untuk pengembangan investasi jangka panjang.
“Cash diminimalkan, diinvestasikan ke instrumen jangka panjang, di kemudian hari bisa dalam bentuk investasi ke infrasturktur,” ujar Novi, dikutip Bisnis.com, Jumat (5/4/2019).
Mengacu laporan keuangan audited perseroan, investasi pada deposito menyusut 29,74% dari Rp5,26 triliun pada 2017 menjadi Rp3,69 triliun pada 2018.
Pengurangan portofolio pun terjadi pada instrumen saham yang menurun 7,09% dari Rp48,13 triliun pada 2017 menjadi Rp45,07 triliun pada 2018.
Sementara itu, investasi pada instrumen reksa dana bertumbuh 21,78% dari Rp13,18 triliun pada 2017 menjadi Rp16,05 triliun pada 2018.
Di sisi lain, investasi pada surat utang tercatat senilai Rp7,09 triliun pada 2018, meningkat 7,21% dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp6,61 triliun.
Adapun, lini investasi lain tercatat senilai Rp180,56 miliar pada 2018, menurun tipis 0,13% dibandingkan dengan 2017 senilai Rp180,81 miliar.
Presiden Direktur Prudential Indonesia Jens Reisch menambahkan, pihaknya akan fokus menggarap investasi jangka panjang.
Bahkan, lanjutnya, Prudential Indonesia selalu mengingatkan pelanggan untuk berinvestasi jangka panjang. Oleh karena itu, pihaknya juga memberikan penawaran kepada nasabah untuk memilih produk regular, agar pelanggan memiliki kesempatan melakukan dollar cost averaging.
“Kami membuat keputusan akan tetap pada prinsip kami, memberikan penawaran berkelanjutan [bagi pelanggan]. Kami tidak mau main dengan penawaran yang tidak berkelanjutan, premi sekali, [dan] produk jangka pendek,” ujar Jens.