Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank UOB Indonesia mengejar pertumbuhan 9 persen pada penyaluran kredit sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah hingga akhir tahun 2019.
Presiden Direktur UOB Indonesia Kevin Lam mengatakan perseroan mematok tinggi pertumbuhan kredit di sektor UMKM karena sektor tersebut merupakan salah satu fokus bisnis perseroan.
"Ekpektasi kami pertumbuhan high single digit, kami targetkan meningkat 7 persen-9persen," ujar Kevin.
Kepada Bisnis, Kevin mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ini perseroan menawarkan solusi manajemen bisnis terintegrasi yang berbasis cloud, UOB BizSmart. Menurut Kevin digitalisasi akan membantu khususnya UKM mengoptimalkan bisnis untuk pertumbuhan dan eskpansi usaha.
Kevin menilai UKM merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, di samping menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekspor.
Melalui penggunaan teknologi, UKM akan mampu memaksimalkan berbagai proses operasional bisnis dan meningkatkan produktivitas, serta dapat fokus pada pengembangan bisnis inti untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
"BizSmart bisa membantu UKM menjalankan aktivitas bisnis secara efisien seperti e-invoicing, accounting, human resource, management, dan customer engagement, sehingga mereka bisa tetap kompetitif, tumbuh dan berkembang lebih efektif," tutur Kevin.
Dikutip melalui laporan publikasi, perseroan mencatatkan porsi kredit UMKM sebesar 17,01 persen dari total seluruh kredit pada Juni 2019. Nilai tersebut menurun tipis dari pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 17,95 persen.
Adapun, penyaluran kredit perseroan tercatat meningkat, dari Rp67,45 triliun pada Juni 2018 menjadi Rp75,83 triliun pada Juni 2019 atau tumbuh 12,41 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Selain itu, perseroan juga mencatatkan kinerja positif pada paruh kedua tahun 2019 ini. UOB Indonesia membukukan laba bersih sebesar Rp379,35 miliar, naik 29,60 persen yoy jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Capaian tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan operasional selain bunga yang meningkat signifikan, yaitu 131,41 persen yoy menjadi Rp16,13 triliun pada kuartal II/2019 dari tahun lalu sebesar Rp6,97 triliun.
Perseoran juga mempu menjaga rasio kredit bermasalah yang tercatat semakin membaik pada kuartal II/2019 ini. NPL gross tercatat menurun menjadi 2,30 persen dari tahun lalu yang tercatat pada level 3,68 persen. NPL nett menurun menjadi 1,61 persen dari tahun lalu di level 2,96 persen.