Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) didesak segera bertindak mengatasi risiko keuangan yang dialami AJB Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufiqurrahman, tindakan cepat harus dilakukan OJK agar Indonesia tidak masuk ke dalam resesi ekonomi.
Desakan ini muncul sebagai tanggapan atas isi laporan Bank Dunia bertajuk “Global Economic Risks and Implications for Indonesia” yang dirilis belum lama ini.
“Kalau dari Bank Dunia menyatakan harus ada monitoring dari OJK, memang ya. Dua asuransi ini, kan, ibarat puncak gunung es aja yang kelihatan. Kalau lambat respons, bisa menyeret pada resesi," kata Rizal kepada wartawan, Senin (9/9/2019).
Dalam laporannya, Bank Dunia menyebut sistem keuangan Indonesia secara umum tahan terhadap guncangan perekonomian. Namun, lembaga ini menyoroti dua bidang yang harus segera direspon pemangku kebijakan.
Pertama, pemerintah disebut harus meningkatkan visibilitas risiko dengan menilai kesehatan dan ketahanan konglomerasi keuangan. Kedua, pemerintah perlu menjaga kredibilitas sistem keuangan dengan mengatasi kelemahan pada sektor asuransi.
Menurut Rizal, lantaran memiliki perbedaan yang signifikan penetapan solusi atas masalah di Bumiputera dan Jiwasraya harus dihitung secara hati-hati. OJK juga dianggap tak memiliki alasan untuk tidak mendukung dan memberi kemudahan operasional bagi kedua perusahaan.
“OJK lebih bagus untuk mendorong khusus yang dua ini. Kalau memang bisa diamankan dari sisi kinerja keuanganya, tentu harus mempunyai satu keputusan yang tepat,” ujarnya.
Rizal menganggap OJK harus berfokus pada upaya penyelamatan dua perusahaan tadi. Alasannya, jika terlambat masalah di kedua perusahaan asuransi ini dapat menjadi pintu masuk resesi kepada ekonomi Indonesia.
“OJK harus jeli, tidak hanya dua perusahaan ini yang akan memberi kontribusi pada resesi, banyak sektor keuangan yang bermasalah juga. Artinya share efeknya kepada resesi itu jauh lebih besar. jadi OJK harus jeli melihat resiko keuangan ini," katanya.