Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perbankan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mencatatkan laba bersih senilai Rp209,26 miliar pada 2019. Laba tersebut merosot cukup dalam sebesar 92,55 secara year-on-year (yoy) dari laba tahun 2018 senilai Rp2,81 triliun.
Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu menjelaskan koreksi laba tersebut lantaran aksi bersih-bersih kredit bermasalah yang dilakukan perseroan serta peningkatan pencadangan.
“Tahun 2019 merupakan periode yang menantang bagi perseroan. Kewajiban untuk mempersiapkan implementasi aturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 hingga pengetatan likuiditas perbankan menekan kinerja perseroan pada 2019,” paparnya, Minggu (16/2/2020).
Dalam rangka implementasi aturan anyar tersebut, Nixon menjelaskan perseroan telah melakukan penyesuaian kolektibilitas kredit.
Penyesuaian itu, lanjutnya, turut mengerek naik rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), sehingga memerlukan peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
Likuiditas perbankan yang ketat pun mengakibatkan persaingan bunga dan menyumbang kenaikan beban bunga dana perseroan.
Baca Juga
Menurut Nixon, kedua faktor tersebut berdampak signifikan bagi profitabilitas perseroan pada tahun lalu. Oleh karena itu, perseroan akan berfokus memperbaiki kualitas kredit dan memacu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).
“Tahun ini kami berfokus memperbaiki kualitas kredit dan memacu penghimpunan (DPK) untuk mengantisipasi berbagai tantangan ekonomi sekaligus sebagai amunisi menggarap berbagai peluang bisnis pada 2020,” jelasnya.
Nixon optimistis dengan adanya peningkatan CKPN, perbaikan kualitas kredit, dan likuiditas yang kuat tersebut juga akan memperkuat pondasi bisnis perseroan.
Adapun, berbagai aksi strategis pada perbaikan kualitas kredit yang akan dilakukan emiten bersandi saham BBTN ini yakni memperbaiki proses inisiasi kredit, memperkuat collection management system, hingga mempercepat penjualan aset non-performing loan (NPL).
“Dengan berbagai inisiasi tersebut, kami optimistis rasio NPL gross pada tahun ini dijaga di level 3 persen-3,5 persen.”
Nixon menuturkan upaya memperbaiki proses inisiasi kredit dieksekusi dengan mengoptimalkan regional processing center (RPC). RPC tersebut memiliki keunggulan lebih efektif karena dapat mempercepat proses dengan tetap memerhatikan kualitas kredit.
Upaya lain yang dilakukan yakni mengsentralisasi proses kredit komersial di bawah Rp10 miliar, mengembangkan decision engine untuk credit approval, robust scoring model, hingga automatisasi proses verifikasi dan simplifikasi dokumen.
Kemudian, aksi memperkuat collection management system akan dilakukan dengan meningkatkan early bucket dengan collection scoring.
UNIT BARU
Nixon menyampaikan Bank BTN juga akan membentuk unit kerja baru untuk mempercepat penyelesaian kredit macet. Perseroan pun akan memperbaiki proses bisnis restrukturisasi kredit.
Adapun, terkait upaya mempercepat penjualan aset NPL, BBTN pun akan terus memperluas saluran penjualan. Penjualan akan dilakukan antara lain melalui portal rumah murah hingga partnership dengan e-commerce. Bank BTN pun akan mempercepat eksekusi aset NPL dan lelang melalui jalur hukum.
Di samping berbenah di sisi kualitas kredit, tahun ini BBTN juga berupaya mengembalikan hakikat perseroan sebagai bank tabungan. Opsi yang dipilih yakni dengan akselerasi di lini bisnis penghimpunan simpanan.
Nixon mengatakan ada berbagai strategi yang telah diracik perseroan untuk mengakselerasi penghimpunan DPK.
Beberapa aksi yang akan dilakukan yakni meningkatkan current account and saving account (CASA) melalui penjualan produk bundling, memperbaiki model sales manajemen, menjadi bank operasional bagi nasabah institusi, hingga mengoptimalkan penggunaan saluran digital perseroan.
Sementara itu, untuk menggenjot CASA, perseroan telah meluncurkan BTN Solusi, program yang memberikan solusi bagi instansi atau lembaga untuk mengelola tabungan payroll/gaji dari karyawannya sekaligus memberikan beragam manfaat yang dapat mendukung kebutuhan finansial bagi instansi dan karyawan.
Aksi lainnya yakni melakukan re-aktivasi tabungan debitur yang tidak memiliki tabungan atau yang telah ditutup. Selain itu, bank yang dulunya bernama Bank Tabungan Pos ini juga meningkatkan interkoneksi SPAN BTN, sebuah program bundling pengelolaan dana pemerintah.
Bank BTN juga terus mengembangkan branchless banking untuk menciptakan rantai nilai transaksi dan menabung melalui agen bank di lingkungan perumahan.
“Variasi strategi tersebut akan menjadi fokus jangka Panjang yang dimulai sejak 2020. Kami membidik DPK akan tumbuh 10 persen-15 persen pada tahun ini,” tutur Nixon.