Bisnis.com, JAKARTA - Pangsa pasar keuangan syariah masih sulit untuk bertumbuh signifikan meskipun komposisi penduduk Indonesia didominasi oleh umat muslim.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), market share dari keuangan syariah terhadap sistem keuangan di Indonesia per April 2020 mencapai 9,03% dengan total aset keuangan syariah Indonesia-tidak termasuk saham syariah-mencapai Rp1.496,05 triliun. Pangsa pasar ini mengalami kenaikan dari posisi 2019 yang sebesar 8%.
Pemerintah Indonesia menargetkan market share keuangan syariah mampu mencapai 20% pada rentang waktu 2023-2024.
Khusus untuk perbankan syariah, menurut Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK Deden Firman Hendarsyah, porsi asetnya masih tergolong rendah yakni sebesar 6,07% per April 2020 yang berasal dari 20 unit usaha syariah, 14 bank umum syariah, dan 163 BPR Syariah. Dari segi nominalnya, per April 2020, total aset perbankan syariah mencapai Rp534,86 triliun.
Salah satu bank syariah swasta di Indonesia yakni PT Bank BCA Syariah masih mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 23% per Mei 2020, dengan laba yang tumbuh 5,5% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).
Presiden Direktur BCA Syariah John Kosasih mengatakan perbankan konvensional memang masih tetap dominan dengan market share sekitar 94%. Meskipun pertumbuhan perbankan syariah dua kali lipat dari industri, market share syariah tetap tidak bisa mengalahkan konvensional.
Baca Juga
Hanya saja, Jon meyakini, peluang tersebut masih ada dengan mempertimbangkan porsi umat muslim mencapai lebih dari 80% penduduk Indonesia. "Peluang ini harus dibarengi strategi yang jitu untuk mendorong percepatan hal tersebut dapat tercapai," katanya kepada Bisnis, Jumat (3/7/2020).
Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19, tantangan perbankan syariah semakin bertambah. Saat ini tantangan industri perbankan syariah terletak pada mempertahankan kualitas portofolio aset produktif. Stimulus yang diberikan pemerintah memang masih bisa mempertahankan kualitas portofolio. Hanya saja jika telah berakhir, tantangan baru akan muncul.
Tantangan lainnya yang dihadapi perbankan syariahh yakni pada kualitas dana pihak ketiga, operasional layanan, SDM, dan teknologi yang berkaitan dengan aspek permodalan, risk, dan tata kelola yang baik.
"Berbagai upaya akan kami lakukan di berbagai aspek tersebut baik di era pandemi ini maupun post Covid ke depan. Percepatan technology driven business model harus menjadi prioritas utama," katanya.
Sementara itu, Deden Firman Hendarsyah mengungkapkan, dari data yang dimiliki OJK hingga April 2020 aset perbankan syariah masih mencatatkan pertumbuhan, kendati lebih melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Ini menjadi tantangan bagi kita tentunya, saya ingin ingatkan bahwa ada hal yang membuat kami merumuskan apa yang sudah kami diskusikan, bapak-ibu sudah banyak sekali referensi dari berbagai pakar, apa yang terjadi di masyarakat dan ekonomi kita," ujar Deden.