Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial peer-to-peer lending (fintech lending) PT Tani Fund Madani Indonesia atau TaniFund, bakal memperlebar pangsa pasar memanfaatkan ekosistem induknya, agritech TaniHub Group.
Grace Astari, VP of Business Development TaniFund, menjelaskan bahwa ekspansi bisnis ini pun demi mengambil momentum kebangkitan sektor pertanian sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal ini pun dirasakan ekosistem TaniHub yang selama pandemi atau mulai Maret 2020 mencatat pertumbuhan hingga mencapai 500 persen dan penambahan new user lebih dari 200.000 pengguna.
Melihat angka ini, Grace menggambarkan bahwa pembiayaan sektor pertanian masih bisa terus berkembang. Buktinya, ketika perekonomian sedang bergejolak pun, masyarakat pasti tetap menganggarkan dan berbelanja terkait kebutuhan pangan mereka.
"Dalam kacamata kami, masyarakat juga semakin menyadari kemudahan berbelanja kebutuhan pangan secara daring, sehingga potensi membesarnya market yang akan menyerap hasil pertanian pun juga terjadi dan bertambah," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (1/12/2020).
Selama tahun 2020, TaniFund telah memberdayakan para petani melalui penyaluran modal kerja senilai Rp72,7 miliar kepada lebih dari 2.200 petani yang tersebar di Pulau Jawa.
Adapun pada kuartal III/2020, Grace menyebut bahwa pertumbuhan pencairan bahkan naik dari kuartal sebelumnya dengan tingkat pertumbuhan sekitar 12 persen secara kuartalan (qtq).
"TaniFund berhasil memiliki pertumbuhan tertinggi kedua di antara semua P2P Lending agrikultur dengan total pertumbuhan disbursement atau pencairan pinjman sebesar US$1,09 dibandingkan dengan kuartal kedua 2020," ungkapnya.
Terkini, dengan total penyaluran pinjaman tahunan Rp78,03 miliar dan outstanding Rp36,98 miliar, akumulasi total pinjaman yang tersalurkan selama TaniFund berdiri telah mencapai Rp165,52 miliar dengan pinjaman lunas Rp128,54 miliar.
"Selain itu, sejak Maret 2020, TaniFund tetap memberikan dampak positif bagi sektor pertanian dalam masa pandemi di Indonesia. Hal ini terbukti dari tetap bertahannya TKB90 di 100 persen dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan," tambah Grace.
Modal kerja ini dipergunakan para petani, peternak, dan nelayan untuk melakukan budidaya komoditas yang bervariasi, seperti padi, telur ayam, daging kambing, dan lainnya.
Dengan pangsa segmen borrower terbagi ke dalam kelompok tani dan pengusaha di industri makanan dan minuman. Hingga saat ini, proyek budidaya masih mendominasi sekitar 70 portfolio kelompok tani.
Ekspansi Bisnis
Adapun, untuk mempersiapkan ekspansi bisnis, Grace menjelaskan sepanjang pandemi atau sejak Maret 2020 TaniFund berhasil menjaring 1.004 petani baru dengan berbagai jenis komoditas.
Tentunya lewat dukungan ekosistem TaniHub Group, di mana kolaborasi antara entitas grup, marketplace TaniHub, TaniFund sendiri, dan infrastruktur rantai pasok TaniSupply, ikut mendorong terciptanya kerja sama antara industri makanan di sisi hulu dengan petani di sisi hilir.
"TaniFund juga mulai menguatkan bisnisnya kepada pendanaan bagi pengusaha bidang pangan. TaniFund menjadi enabler melalui penyaluran modal kerja bagi para pengusaha UMKM yang ingin melakukan ekspansi, misalnya toko buah, kedai kopi, dan restoran. Di satu sisi lainnya, bahan baku pun akan dipasok oleh TaniHub, sehingga ekosistem TaniHub Group semakin kuat," jelasnya.
Grace berharap pendanaan modal kerja TaniFund akan meningkatkan pertumbuhan TaniHub, serta mendukung proyek-proyek TaniSupply yang berencana membuka dan mengoperasikan Processing and Packing Center (PPC) pertama di Malang.
Kemudian dalam waktu dekat akan membuka PPC kedua di Jawa Barat dan bersama TaniHub akan membuka warehouse/Distribution Center lainnya di luar pulau Jawa, setelah sebelumnya di Denpasar, Bali.
"TaniFund sendiri juga melakukan beberapa strategi inisiatif untuk memperkuat pangsa pasar di P2P lending sektor pertanian, targetnya bisa mendapat peningkatan disbursement hingga 5x lipat dari tahun sebelumnya," tutupnya.