Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan (multifinance) pada berharap nasabah restrukturisasi bisa kembali pulih dan membayar cicilan lagi pada tahun depan.
Data terakhir Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengungkapkan bahwa nilai restrukturisasi yang telah disetujui industri multifinance mencapai 4,93 juta kontrak, dengan nilai outstanding pokok Rp148,32 triliun dan bunga Rp39,66 triliun.
"Kontrak aktif perusahaan pembiayaan itu sekitar 23 juta debitur. Artinya, yang sudah mendapat restrukturisasi sudah mendekati 25 persen dari total kontrak aktif kami," ujar Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno ketika dikonfirmasi Bisnis, Selasa (22/12/2020).
PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menjadi salah satu multifinance yang paling optimistis terkait bangkitnya para nasabahnya.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengungkapkan optimisme itu karena pihaknya melihat sebagian nasabah sudah mulai mampu bangkit dan mencicil angsuran pinjaman.
"Nasabah kami yang mendapatkan restrukturisasi totalnya sekitar 25% dari portfolio, dengan nilai di kisaran Rp1,25 triliun. Tapi yang mengambil program restrukturisasi ini, November kemarin di atas 90% sudah mulai melakukan pembayaran kembali," ungkapnya kepada Bisnis.
Baca Juga
Menurut Ristiawan, hal itu menjadi alasan yang membuat pihaknya berani mematok target agresif pada 2021. Pasalnya, di era pandemi, CNAF bahkan masih menargetkan tumbuh 20% (year on year/yoy) pada akhir 2020. Adapun, sepanjang 2019, CNAF mencatatkan pembiayaan Rp3,6 triliun.
"Kita merencanakan akan tumbuh dari sisi realisasi kredit sebesar dua digit, jadi angkanya cukup lumayan agresif. Kita sangat yakin akan pertumbuhan tersebut melihat banyaknya hal-hal positif yang dilakukan oleh pemerintah seperti akan dimulainya vaksinasi terhadap masyarakat Indonesia dan beberapa indikator pemulihan ekonomi yang sudah mulai terlihat perbaikan bahkan dapat kita semua rasakan diakhir akhir tahun 2020 ini," tambahnya.
Ristiawan mengungkap bahwa kini, terpenting bagaimana perusahaan tetap menjalani komunikasi yang baik dengan nasabah yang mengikuti program restrukturisasi untuk memastikan nasabah akan kembali melakukan pembayaran rutin seperti yang disepakati bersama setelah masa restrukturisasi berakhir.
"Inisiatif lainnya untuk menahan laba perusahaan tetap ada dalam kondisi sehat adalah menekan biaya operasional melalui berbagai macam perubahan proses mengarah ke digitalisasi, automasi, bahkan sentralisasi. Beberapa inisiatif tersebut sudah mulai dilakukan oleh CNAF di tahun 2020 ini," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) menargetkan 90% nasabah yang mendapat restrukturisasi mulai pulih pada periode 2021.
Direktur Sales dan Distribusi MTF Harjanto Tjitohardjojo mengungkapkan sekitar 10 persen nasabah sisanya diprediksi masih sulit menjalani bisnisnya pada periode 2021.
"Dari Rp14 triliun nilai restrukturisasi yang diberikan MTF, sekarang sekitar Rp8 triliun sudah beres kembali normal. Saat ini yang minta restrukturisasi sudah berkurang jauh. Hanya beberapa konsumen yang terkait pariwisata yang masih berat, dan MTF bantu untuk meringankan jika memenuhi persyaratan," katanya.
Sebagai contoh, dari sekitar 10 persen nasabah yang dia maksud antara lain mengambil kredit kendaraan yang digunakan untuk kegiatan wisata, atau nasabah yang berada di daerah pariwisata.
"Kami masih akan menaikkan pencadangan, CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] di samping berupaya memastikan 90 persen nasabah restrukturisasi bisa bayar angsuran lagi. Tapi memang yang wisata itu sulit, misalnya pembiayaan kendaraan pariwisata seperti bus, kendaraan rental, dan juga yang di daerah Bali, itu masih akan menjadi tantangan kami," tambahnya.