Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Modal Ventura Masih Gencar Berburu Startup Fintech

Investasi ke startup fintech menjanjikan exit strategy yang mudah dan beragam. Banyak pihak rela mencaplok sebuah platform fintech demi melengkapi ekosistem layanannya.
Ilustrasi solusi teknologi finansial./flickr
Ilustrasi solusi teknologi finansial./flickr

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan financial technology (fintech) masih menjadi motor utama penggerak aliran dana modal ventura asing maupun lokal ke Indonesia.

Berdasarkan catatan Bisnis, sepanjang semester I/2021, setidaknya terdapat 25 transaksi pendanaan dari para pemodal lokal maupun global yang melibatkan startup fintech. Pendanaan ini baik berupa lini kredit bagi para fintech di bidang pembiayaan maupun ronde pendanaan baru untuk permodalan mereka, mulai dari yang berada di tahap seed funding hingga Series-B.

Partner of East Ventures Melisa Irene mengungkap bahwa ketertarikan terhadap startup yang mampu memberikan inklusi keuangan, awalnya bersumber dari bergesernya pola transaksi masyarakat, di mana uang tunai sudah ditinggalkan dan semua mengarah menggunakan online banking, virtual account, kode QR, e-wallet, dan sejenisnya.

Pola konsumsi yang bergeser ke platform online dan menuntut pembayaran yang serba mobile dan cepat ikut mempengaruhi pertumbuhan fintech klaster pembayaran di Indonesia.

Seiring dengan meluasnya infrastruktur internet, maraknya penggunaan smartphone, serta tuntutan layanan keuangan yang serba cepat, murah, dan mudah, maka platform fintech maupun layanan software pembantu aktivitas (Software-as-a-Service/SaaS) yang berhubungan dengan layanan finansial pun ikut terdongkrak karena mulai ada kebutuhan dari masyarakat dan para pelaku usaha.

"Kemudian dengan adanya pandemi, sektor fintech makin bertumbuh seiring dengan meningkatnya jumlah transaksi online dan pinjaman online. Ini terbukti dari hasil temuan kami di EV Digital Competitiveness Index 2021, di mana skor indeks pilar Kewirausahaan dan Produktivitas meningkat 5,10 basis poin dari 8,36 pada tahun sebelumnya," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (1/8/2021).

Oleh sebab itu, bagi East Ventures yang mengkhususkan diri sebagai pendana ke startup tahap awal, fintech potensial yang tengah mendapatkan momentum akselerasi karena pandemi jelas menjadi incaran.

"Tapi kembali lagi kepada startup itu sendiri, apakah mereka mampu menawarkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada di masyarakat?" tambahnya.

Beberapa fintech Indonesia yang sempat berada dalam portofolio East Ventures adalah KoinWorks, Bibit, Finantier, Cicil, Cermati, dan Transfez. Ini belum ditambah SaaS yang erat berhubungan dengan layanan keuangan seperti Xendit, BukuWarung, Mekari, PasarPolis, dan Moka.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amsevindo) sekaligus Co-founder & Managing Partner Gayo Capital (Ideosource Green Initiative) Edward Ismawan Chamdani mengungkap perspektif lain. 

"Fintech dibutuhkan untuk menghidupkan suatu ekosistem yang sudah berjalan, karena skalabilitas selalu membutuhkan layanan keuangan, bahkan pendanaan," ujarnya kepada Bisnis.

Pada akhirnya, investasi ke fintech menjanjikan modal ventura sebuah exit strategy yang lebih mudah dan beragam, karena pihak seperti lembaga keuangan konvensional, startup non-finansial, bahkan fintech yang lebih senior pun rela mencaplok fintech lain demi melengkapi ekosistem layanannya.

Sebagai gambaran, dalam 5 tahun terakhir, Gojek mengakuisisi Midtrans, Kartuku, dan Mapan, sampai layanan kasir digital Spots dan Moka untuk mengakomodasi transaksi dan kebutuhan layanan keuangan para merchant. Sementara itu, Grab mengakuisisi KUDO yang kini telah menjadi GrabKios.

Adapun OVO mencaplok Taralite untuk memasuki bisnis paylater serta menggandeng Bareksa untuk membuat OVO | Invest dan 'merajai' akses transaksi investasi para pengguna platform tersebut.

Pada Agustus 2020, fintech perencana keuangan FUNDtastic mengakuisisi Invisee (PT Nusantara Sejahtera Investama) yang memegang lisensi izin Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) agar mampu mengakomodasi layanan investasi reksa dana.

Baru-baru ini, LinkAja resmi mengakuisisi fintech Peer-to-Peer (P2P) lending PT iGrow Resources Indonesia (iGrow).

"Apalagi, rata-rata ekosistem yang dibangun para startup, ketika sudah terbentuk akan terlihat nanti, ternyata banyak yang belum bankable. Sehingga peran fintech yang ingin diakuisisi harapannya akan mampu menjembatani keterbatasan tersebut. Misalnya, untuk melayani pinjaman atau permodalan, bisa ambil fintech P2P," tambah Edward.

Sementara itu, contoh akuisisi yang berasal dari stakeholder global adalah Axiata Digital Bhd melalui unit bisnis teknologi keuangan miliknya, yakni Boost Holdings Sdn Bhd, yang memperluas operasionalnya ke Indonesia lewat akusisi 68 persen saham fintech P2P lending PT Creative Mobile Adventures (KIMO).

Platform layanan paylater e-commerce antara pedagang eceran dan pelanggan yang terdaftar di bursa Australia, Afterpay juga melakukan langkah serupa dengan mengakuisisi fintech asal Indonesia, EmpatKali, yang mengoperasikan bisnis serupa untuk memperluas layanannya di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper