Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Covid-19 Bikin Orang Indonesia Dongkrak Tabungan Dana Pensiun

Hal tersebut tercantum dalam hasil studi Investor Global Schroders 2021 yang dilakukan pada 16 Maret–7 Mei 2021.
Dana pensiun/Istimewa
Dana pensiun/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Pandemi Covid-19 dinilai berdampak cukup besar terhadap rencana pensiun masyarakat, mulai dari alokasi dana pensiun hingga keputusan waktu berhenti bekerja. Lebih dari tiga per empat masyarakat Indonesia menyatakan akan menyisihkan lebih banyak pendapatannya untuk pensiun akibat pagebluk saat ini.

Hal tersebut tercantum dalam hasil studi Investor Global Schroders 2021 yang dilakukan pada 16 Maret–7 Mei 2021. Responden riset itu adalah mereka yang akan menginvestasikan paling sedikit 10.000 euro atau sekitar Rp170 juta (asumsi 1 euro = Rp17.000) dalam 12 bulan ke depan dan telah membuat perubahan terhadap investasi mereka dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan riset itu, Schroders menemukan adanya dampak yang besar dari pandemi Covid-19 terhadap keputusan pensiun masyarakat global. Di Indonesia, lebih dari tiga per empat masyarakat menyatakan akan mengalokasikan dana lebih banyak untuk masa tuanya, didorong oleh pandemi Covid-19 yang menekan kondisi perekonomian.

"Dampak pandemi di Indonesia semakin terlihat pada rencana pensiun orang-orang. 79 persen orang yang belum pensiun ingin menyisihkan lebih banyak untuk masa pensiun mereka akibat dari pandemi," tulis Schroders dalam hasil risetnya yang dikutip Bisnis pada Senin (2/8/2021).

Lebih rinci, Schroders menemukan bahwa 56 persen orang Indonesia menyisihkan uang pensiun sebanyak yang direncanakan selama pandemi Covid-19. Bahkan, 30 persen responden riset itu menyatakan bahwa mereka berhasil menyisihkan uang pensiun lebih banyak yang direncanakan, meski terdapat 15 persen yang menyisihkan lebih sedikit dari rencana.

Berdasarkan riset tersebut, masyarakat Indonesia dapat meningkatkan alokasi dana pensiun karena berkurangnya pengeluaran untuk hal-hal yang tidak esensial. Sayangnya, orang-orang yang gagal memenuhi rencana tabungan pensiun salah satunya disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk hal-hal tidak esensial selama pandemi Covid-19, seperti hiburan, makanan, dan biaya pengiriman barang.

"Peningkatan tabungan tampaknya akan terus berlanjut bahkan setelah pembatasan sosial dicabut dan ‘kenormalan’ dimulai lagi," tertulis dalam riset tersebut.

Schroders pun menemukanya adanya pola khusus terkait alokasi tabungan pensiun yang muncul di antara beragam kelompok usia. Masyarakat Indonesia di kelompok usia muda cenderung mampu memenuhi atau melampaui target tabungan pensiunnya dibandingkan dengan kelompok usia tua.

Sebanyak 84 persen masyarakat Indonesia usia 18–37 tahun mampu menabung sesuai atau lebih dari yang mereka rencanakan. Sementara itu, keberhasilan menabung untuk pensiun tercatat sebesar 79 persen di usia 38–50 tahun, 75 persen di usia 51–70 tahun, dan hanya 65 persen bagi kelompok usia di atas 70 tahun.

"Alasan utama orang-orang gagal memenuhi rencana tabungan adalah penurunan gaji dan pendapatan kerja, hingga 45 persen, diikuti oleh peningkatan pengeluaran untuk hal-hal yang tidak esensial," tertulis dalam hasil riset tersebut.

Pengalokasian tabungan itu disertai dengan keputusan berinvestasi untuk dana pensiun, yang sama-sama dipengaruhi pandemi Covid-19. Schroders menemukan bahwa 52 persen masyarakat Indonesia memilih untuk berinvestasi lebih banyak di instrumen berisiko rendah, sedangkan 40 persen justru berinvestasi lebih banyak di aset berisiko tinggi.

Schroders menilai bahwa masyarakat dengan pengetahuan investasi yang lebih tinggi cenderung melihat awal pandemi Covid-19 sebagai saat yang baik untuk menilai kembali rencana keuangannya. Hal tersebut karena terdapat volatilitas pasar yang membuat kondisi perekonomian tidak pasti.

Bukan hanya itu, ekspektasi imbal hasil investasi orang Indonesia pun turun dari waktu-waktu, salah satunya didorong oleh pandemi Covid-19. Masyarakat rata-rata memproyeksikan imbal hasil investasi 15,5 persen pada 2019, lalu turun menjadi 14,8 persen pada 2020, dan menjadi 14,6 persen pada 2021 saat riset tersebut selesai dilakukan.

"Meskipun perbedaannya kecil, penting untuk dicatat bahwa ekspektasi orang-orang terhadap pendapatan investasi mereka makin selaras dengan aspirasi mereka. Pada 2019, kesenjangan antara ekspektasi versus aspirasi adalah 0,4 persen dan hari ini hanya 0,01 persen," tertulis dalam hasil riset Schroders.

Selain memengaruhi pengalokasian dan pengelolaan dana pensiun, pandemi Covid-19 pun turut memengaruhi pilihan masyarakat Indonesia untuk melakukan pensiun. Hingga 73 persen responden menyatakan bahwa pagebluk akibat penyebaran virus corona ini membuat mereka ingin pensiun lebih cepat.

Lebih rinci, 37 persen orang Indonesia menjadi berpikir untuk pensiun lebih awal dari waktu yang direncanakan semula, kemudian 36 persen berpikir akan pensiun setelah pandemi Covid-19 selesai. Hanya 27 persen responden yang berpikir masih akan pensiun pada usia yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper