Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Rights Issue BBRI Ditetapkan Rp3.400 per Saham. Layak Dikoleksi?

Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi menilai rights issue BRI dengan harga pelaksanaan lebih murah akan lebih menarik minat investor.
Gedung BRI/bri.co.id
Gedung BRI/bri.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah analis menilai dengan harga pelaksanaan rights issue sebesar Rp3.400 per saham, maka saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. layak untuk dikoleksi.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan kinerja BRI hingga pertengahan tahun ini terbilang solid kendati menghadapi tantangan ekonomi karena pandemi Covid-19. Untuk itu, Reza menilai saham emiten bank yang fokus menyasar UMKM di Tanah Air itu akan semakin melambung.

Reza memandang dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun meningkat dengan baik diiringi penyaluran kredit yang positif. BRI mampu menghimpun DPK sebesar Rp1.096,45 triliun, meningkat sekitar 2,23 persen secara year on year (yoy).

Perseroan pun membukukan peningkatan laba yang mulai mendekati pencapaian sebelum pandemi. Dalam laporan keuangan konsolidasian, BRI membukukan laba bersih Rp12,54 triliun per akhir semester I/2021. Pencapaian itu tumbuh sekitar 22,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Menurut Reza, hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi investor untuk lebih mengapresiasi saham bank dengan jaringan terluas di Tanah Air tersebut pada masa datang. Reza menilai kinerja fundamental yang solid serta prospek holding akan turut pula menyemarakan rights issue yang ditempuh BRI.

"Dengan kinerja seperti itu maka harusnya bisa positif. Harga sekarang yang masih di kisaran Rp3.900, ini masih di bawah target. Ke depan bisa naik di Rp4.550 hingga Rp4.600," katanya dalam keterangan tertulisanya, Selasa (31/8/2021).

Reza menuturkan bahwa langkah strategis melalui integrasi ekosistem usaha ultra mikro (holding), dapat menjadi peluang besar BRI untuk menempuh diversifikasi bisnis. Penetrasi pasar yang lebih besar, menciptakan ekosistem penyaluran kredit yang lebih kuat hingga pertumbuhan kinerja lebih baik. "Dengan potensi ini, apakah dimungkinkan harga saham BBRI nanti bisa mencapai Rp5.000, atau Rp5.500, atau Rp6000? Ya menurut saya bisa dimungkinkan sepanjang realisasi kinerja pertumbuhan riil terlihat di mata pelaku pasar," ujarnya menekankan.

Terpisah, pengamat pasar modal yang juga Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi menilai saham BBRI pada masa datang akan melambung karena investor secara rasional melihat kinerja fundamental yang positif dari bank terbesar di Indonesia tersebut.

Menurutnya, rights issue BRI akan lebih diminati investor kendati di pasar modal nasional marak aksi korporasi yang sama. Edhi menilai rights issue BRI dengan harga pelaksanaan lebih murah akan lebih menarik minat investor, terlebih lagi karena tujuan penggunaan dana untuk membantu pemberdayaan usaha wong cilik.

“Karena investor BBRI kebanyakan institusi, maka right-nya menarik buat dibeli. Rights issue dengan harga lebih murah dari harga induk di pasar biasanya dipandang menarik,” jelas Edhi.

Dia menegaskan beberapa rights issue untuk membayar atau mencicil hutang, selain untuk struktur permodalan. Namun, BRI akan menggunakan dana untuk membiayai UMKM yang unbankable atau tidak memiliki akses ke perbankan melalui Holding Ultra Mikro.

“Kalau berbicara ke pembangunan nasional ya lebih bermanfaat rights issue di BRI. Juga BRI akan selalu tumbuh karena net interest margin BRI tetap tertinggi di antara bank yang lain,” kata Edhi optimistis.

Edhi memberikan rekomendasi kepada publik yang selama ini sudah mengoleksi saham BBRI, agar menunaikan haknya dalam aksi korporasi tersebut. Menurutnya, amat disayangkan jika masyarakat melewatkan kesempatan itu.

BRI dinilai memiliki prospek bisnis yang besar dan kuat yang akan sangat menguntungkan bagi investor di masa depan. Di sisi lain, bisnis BRI pun memiliki idealisme kebangsaan yang kuat karena akan bermanfaat bagi pengembangan usaha rakyat kecil demi memperkokoh ketahanan ekonomi nasional.

Dia mengingatkan, jika investor yang selama ini sudah mengoleksi BBRI tidak mengambil haknya, nilai saham yang dimiliki akan terdilusi. "Perlu kita catat juga investor publik juga dihadapkan dengan penerbitan saham baru yang nilainya besar. Namun, rasanya fokus utama tetap pada BBRI karena lebih masuk akal," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper