Bisnis.com, JAKARTA - Para investor bursa memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 7 kali tahun ini, dengan masing-masing kenaikan sebesar 25 basis poin (bps). Lantas, bagaimana dengan Bank Indonesia (BI)?
The Fed pun diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan pertamanya sebesar 25 basis poin pada FOMC bulan ini.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz mengatakan sejauh ini, konsensus pasar masih memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebanyak empat kali tahun ini dengan kenaikan masing-masing sebesar 25 basis poin.
Dia mengatakan, kenaikan suku bunga acuan The Fed yang terlalu agresif yang akan mempengaruhi nilai tukar rupiah tentunya akan direspon BI dengan kebijakan kenaikan suku bunga pula. Namun, selama nilai tukar rupiah cenderung stabil, maka langkah The Fed tidak akan banyak mempengaruhi kebijakan BI.
“BI juga sangat clear mereka akan lebih fokus pada stabilitas internal yaitu inflasi mengingat faktor fundamental cukup baik sekarang ini, berbeda saat pra pandemi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (16/3/2022).
Dia memperkirakan BI baru akan menyesuaikan tingkat suku bunga acuan pada pertengahan semester II/2022 jika pemulihan ekonomi terus berlangsung dan laju inflasi mengalami akselerasi.
“Sejauh ini, kami melihat langkah BI sudah preemptive dan prudent. BI sudah memberikan sinyal kesiapan normalisasi kebijakan moneternya sejak awal Maret lalu,” katanya.
Dalam mendukung pemulihan ekonomi pun, Faiz mengatakan BI pun terus menjaga kecukupan likuiditas di pasar melalui operasi moneternya. BI juga masih akan melakukan pembelian SBN sebesar Rp224 triliun pada tahun ini melalui skema burden sharing SKB III.
“Kami melihat selama likuiditas dijaga oleh BI, pemulihan akan berlangsung, dengan syarat tidak ada pengetatan mobilitas yang signifikan seperti pada Februari maupun Juli hingga Agustus tahun lalu,” tuturnya.