Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten multifinance atau leasing ikut terciprat berkah masifnya permintaan pembiayaan alat berat dan truk sepanjang tahun berjalan, membuat mereka mencatatkan kinerja penyaluran pembiayaan lebih baik ketimbang tahun lalu.
Sebagai informasi, permintaan alat berat menggeliat terdorong fenomena commodity boom, serta kembali normalnya aktivitas konstruksi. Terkhusus sektor pertambangan, Indonesia pun tengah ketiban durian runtuh dari munculnya pesanan batu bara bernilai jumbo dari beberapa negara Eropa.
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru per April 2022, sektor-sektor tersebut secara nyata telah menyumbang peningkatan piutang pembiayaan kotor industri multifinance sebanyak 3,8 persen (year-on-year/yoy) secara tahunan dan 4,1 persen (year-to-date/ytd) sepanjang tahun berjalan, menjadi Rp404,6 triliun.
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian senilai Rp28,8 triliun naik 39,9 persen yoy. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan senilai Rp23,2 triliun naik 19 persen yoy, sementara sektor konstruksi senilai Rp15,68 triliun tumbuh 25,5 persen yoy secara tahunan.
Sementara berdasarkan objek pembiayaan, outstanding alat-alat berat senilai Rp32,1 triliun tercatat tumbuh 18,3 persen yoy secara tahunan dan 10,9 persen ytd ketimbang akhir tahun lalu. Begitu pula mobil pengangkutan senilai Rp45,6 triliun, juga tercatat tumbuh 13,3 persen yoy dan 8,3 persen ytd.
Emiten pembiayaan PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) yang baru kembali mendapat keberanian melayani segmen alat berat lagi setelah hiatus pada era pandemi Covid-19, menjadi contoh multifinance yang langsung mendapat berkah secara instan akibat fenomena ini.
"Sepanjang paruh tahun ini pembiayaan alat berat sudah kisaran Rp107 miliar, meningkat jauh ketimbang periode yang sama tahun lalu, hanya Rp18,3 miliar. Tahun lalu terlihat kecil sekali, karena memang Clipan Finance baru buka pembiayaan alat berat lagi di Mei 2021 setelah pandemi aman," ungkap Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo kepada Bisnis, Senin (27/6/2022).
Adapun, sepanjang tahun lalu, pembiayaan alat berat leasing anak usaha PT Bank Pan Indonesia Tbk (PaninBank/PNBN) ini hanya Rp68,9 miliar untuk 49 unit alat berat. Tahun ini CFIN membidik bisa tumbuh minimal dua kali lipat.
Namun demikian, selain alat berat, pembiayaan terkait sektor produktif CFIN tahun lalu juga turut ditopang mobil komersial baru senilai Rp437,11 miliar dari 1.330 unit, dan mobil komersial bekas senilai Rp46,84 miliar dari 369 unit.
Apabila segmen pembiayaan alat berat dan mobil angkut diakumulasi, CFIN membidik mampu membukukan pembiayaan Rp1,2 triliun, alias mengambil porsi 20 persen dari total target penyaluran pembiayaan baru keseluruhan di Rp6 triliun.
Optimisme serupa diungkap PT Buana Finance Tbk. (BBLD) yang mengincar piutang sewa pembiayaan naik dari Rp718,3 miliar pada 2021 menjadi minimal Rp928 miliar pada 2022. Sementara itu, total pembiayaan dipatok naik dari Rp1,94 triliun menjadi Rp2,5 triliun.
Direktur Buana Finance Herman Lesmana melihat sektor pertambangan dan perkebunan bertumbuh pesat, sehingga ada fenomena permintaan alat berat meningkat tinggi dari sana.
"Tantangan saat ini ada di stok unit, sparepart, dan pengiriman. Ke depan, kami juga ada rencana memperluas pembiayaan di sektor konstruksi, karena kami lihat sekarang ini anggaran pemerintah pusat maupun daerah sudah kembali buat pembangunan, setelah dua tahun ke belakang dialihkan untuk menangani pandemi," ujar Herman dalam diskusi terbatas bersama media beberapa waktu lalu.
Sepanjang tahun lalu, pertambangan mengambil porsi 9,8 persen dari total penyaluran sewa pembiayaan BBLD. Menyusul setelah itu konstruksi 5,2 persen, jasa 4,5 persen, perkebunan dan kehutanan 3,9 persen, serta manufaktur 1,45 persen.
PT Radana Bhaskara Finance Tbk. (HDFA) yang baru saja bangkit dan fokus melayani pembiayaan investasi dan modal kerja pada tahun lalu, sudah mulai mendapat berkah peningkatan kinerja, di mana pembiayaan kuartal I/2022 senilai Rp354 miliar tercatat meningkat dari periode sama tahun lalu hanya Rp203 miliar.
Akhir tahun nanti, HDFA membidik mampu menyalurkan pembiayaan mencapai Rp2 triliun, tumbuh 20 persen ketimbang sepanjang tahun lalu yang dibukukan Rp1,48 triliun.
Direktur Keuangan Radana Finance Rizalsyah Riezky mengungkap salah satu optimisme ini timbul karena pihaknya baru saja mendapat fasilitas kredit modal kerja pembiayaan sebesar Rp500 miliar dari PT Bank Jago Tbk. (ARTO) di pertengahan kuartal II/2022.
"Tahun lalu kami mulai fokus ke factoring dan pembiayaan investasi, terutama alat berat dan truk. Kredit bank mulai masuk Radana di awal 2021 secara pelan-pelan, karena sepertinya mereka ingin lihat bisnis model kita dulu. Maka, dengan ada perbankan masuk lagi di 2022 ini, artinya kita bisa buktikan mampu bersaing," ujarnya dalam paparan publik kepada media beberapa waktu lalu.
Adapun, emiten pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance/BFIN) juga mengungkap optimisme serupa buat pembiayaan alat berat, terutama untuk dua sektor andalannya, yaitu konstruksi dan pertambangan.
"Secara historis, pembiayaan alat berat BFI Finance itu terbanyak ada di sektor konstruksi, baru setelahnya pertambangan. Tapi sekarang sektor pertambangan berbalik jadi terbesar, karena terus mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir ini, seiring tren naiknya harga komoditas," jelas Direktur Keuangan sekaligus Corporate Secretary BFI Finance Sudjono.
Sebagai perbandingan, porsi pembiayaan buat sektor konstruksi BFIN pada 2020 mencapai Rp196 miliar, sementara pertambangan Rp180 miliar. Namun, sepanjang 2021, pertambangan meroket 157 persen (yoy) menjadi Rp464 miliar, sementara konstruksi naik 68 persen (yoy) menjadi Rp330 miliar.
Pembiayaan alat berat mengambil porsi Rp781 miliar dari total pembiayaan BFIN sepanjang periode 2020 senilai Rp7,6 triliun. Sementara pada 2021, porsinya melonjak dua kali lipat menjadi Rp1,4 triliun dari total pembiayaan Rp13,67 triliun.
Sepanjang tahun berjalan, Sudjono menjelaskan ada pertumbuhan 35 persen terkhusus alat berat. BFIN sendiri masih mengincar pertumbuhan pembiayaan baru 10-15 persen yoy dari tahun lalu, alias hampir mendekati level sebelum pandemi di kisaran Rp15 triliun.
Alhasil, apabila segmen alat berat dan mesin-mesin industri masih dipatok berkontribusi sekitar 10-11 persen dari total pembiayaan, dengan kata lain BFIN juga membidik segmen ini meningkat double digit dibandingkan realisasi kinerja periode 2021.
Terakhir, korporasi raksasa PT Astra International Tbk (ASII) yang lewat Astra Financial juga miliki dua multifinance di bidang pembiayaan alat berat, yaitu PT Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) dan PT Komatsu Astra Finance (KAF), turut berkinerja moncer akibat fenomena tingginya permintaan alat berat.
Akumulasi pembiayaan SAN Finance maupun KAF pada kuartal I/2022 tercatat tumbuh 141 persen yoy menjadi Rp3,3 triliun, atau berpotensi kembali meningkat dari tahun lalu dan kembali melampaui periode normal sebelum pandemi.
Sebagai perbandingan, pembiayaan alat berat rombongan leasing bagian Astra Financial ini mencapai Rp4,3 triliun pada 2019, kemudian anjlok hanya Rp3,5 triliun saja selama pandemi Covid-19 alias periode 2020, namun telah bangkit menembus Rp6,8 triliun sepanjang 2021 lalu.