Senada, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin memperkirakan ke depan peralihan transaksi transfer uang ke Bi-Fast akan makin besar, mengingat saat ini belum semua bank terkoneksi dengan Bi-Fast.
Dari 107 bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2022 baru ada 46 bank yang terhubung dengan Bi-Fast. Artinya masih ada sekitar 61 bank yang belum tergabung dengan Bi-Fast.
“Tren akan meningkat dan target yang diberikan Bank Indonesia menjadi masuk akal,” kata Amin.
Sementara itu mengenai layanan bebas transfer yang ditawarkan oleh Bank Digital maupun aplikasi seperti Flip. Menurut Amin, saat ini jangkauan mereka masih belum tersebar merata dan di satu sisi loyalitas nasabah bank konvensional masih bagus.
Sekadar informasi, sejumlah bank mencatat pertumbuhan transaksi tranfer via Bi-Fast. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyampaikan selama 6 bulan pertama 2022 transaksi BI-Fast tercatat sebanyak 94 juta transaksi dengan nilai transaksi sebesar Rp289 triliun.
Kemudian transfer uang melalui Bi-Fast saat ini mendominasi 54% dari total transfer uang keluar di Bank Mandiri.
Baca Juga
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatat transaksi transfer uang melalui Bi-Fast terus mengalami pertumbuhan dalam 3 bulan terakhir atau selama periode Maret - Juni 2022.
Total transaksi BI-Fast yang diproses oleh BCA mencapai Rp271 triliun dengan frekuensi 67 juta transaksi sampai dengan Juni 2022. Pencapaian ini diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan diimplementasikannya BI Fast pada BCA mobile pada Juni lalu.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) mengeklaim jumlah nasabah ritel pengguna Bi-Fast tumbuh sebesar 47% pada Mei 2022 dibandingkan dengan April 2022.
Pertumbuhan pengguna ritel yang menggunakan Bi-Fast menandakan bahwa metode transfer uang senilai Rp2.500 per transfer itu digemari oleh nasabah ritel Bank BJB.