Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk. mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit di tengah inflasi akibat kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Terdapat beberapa sektor yang diincar oleh anak usaha Sumitomo Mitsui Banking Corporation itu.
Direktur Keuangan Bank BTPN Hanna Tantani mengatakan secara umum, meskipun kenaikan harga BBM mempengaruhi daya beli masyarakat, stabilitas pemulihan ekonomi nasional terus berjalan dengan baik dan aktivitas ekonomi diperkirakan masih akan tetap tumbuh walaupun lebih lambat dari periode sebelum kenaikan harga BBM.
Perseroan tetap akan menyalurkan kredit sesuai dengan permintaan kredit dari Nasabah.
“Perseroan berfokus pada beberapa sektor yang dapat pulih lebih cepat seperti FMCG, telekomunikasi, ketahanan pangan, dan sektor berorientasi ekspor,” kata Hanna kepada Bisnis, Minggu (11/9/2022).
Sekadar informasi, pada semester I/2022 Bank BTPN telah menyalurkan total kredit sebesar Rp138,1 triliun atau tumbuh 12,4 persen year on year. Bank BTPN menjadi salah satu bank dengan pertumbuhan kredit di atas dua digit pada semester I/2022.
Sepanjang 6 bulan pertama 2022, Bank BTPN juga berhasil menekan rasio kredit macet. Nonperforming loan (NPL) gross BTPN pada kuartal II/2022 sebesar 1,25 persen, turun 14 bps yoy. NPL Net berada pada level 0,37 persen turun 25 bps yoy.
Baca Juga
Sementara itu laba bersih tahun berjalan yang dibukukan perseroan tercatat sebesar Rp1,93 triliun, tumbuh 2,78 persen yoy.
Hanna juga mengatakan kenaikan BBM berpotensi pada peningkatan inflasi dan berdampak pada kemampuan membayar cicilan nasabah bank. Oleh sebab itu, perseroan akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit di tengah bayang-bayang inflasi.
“Dalam penyaluran kredit, Perseroan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan memberikan kredit pada debitur dengan kualitas yang baik sehingga kualitas kredit dapat terus terjaga,” kata Hanna.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan salah satu dampak dari kenaikkan harga BBM adalah meningkatnya risiko kredit macet.
Perbankan dinilai perlu berhati-hati dalam menyalurkan kredit di 3 bulan sisa 2022. Kenaikkan BBM akan berdampak kepada sejumlah sektor.
“Perbankan akan sangat berhati-hari menyalurkan kredit. Jadi pertumbuhan kredit yang sekarang sudah dalam tahap pemulihan cukup bagus, mungkin bisa terkoreksi,” kata Bhima, Minggu (4/9/2022).
Selain penyaluran dan kualitas kredit, kata Bhima, kenaikkan harga BBM yang akan memicu inflasi, juga akan berdampak pada likuiditas yang makin ketat.
Dana pihak ketiga (DPK) perbankan untuk segmen di bawah Rp1 miliar, menurutnya, kemungkinan akan terganggu. Masyarakat akan menarik uang dan membelanjakan dana yang ada untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, seiring dengan naiknya harga barang-barang nanti.