Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan keuangan berbasis teknologi disebutkan memiliki tiga peran besar dalam menopang ekonomi Indonesia.
Presiden Direktur PT Visionet Internasional (OVO) Karaniya Dharmasaputra melihat setidaknya ada tiga fenomena yang bisa menjadi bukti bahwa teknologi finansial (tekfin/fintech) punya peran penting buat perkembangan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun belakangan.
Menurut pria yang akrab disapa Pak Kar ini, salah satu fenomena yang telah terbukti, yaitu tekfin merupakan pintu gerbang dari masifnya penetrasi UMKM terhadap ekosistem digital lain, sehingga membuka peluang mengembangkan bisnis ke arah yang lebih baik.
"UMKM yang masuk ke dalam ekosistem digital, akhirnya punya akses kepada promosi dan distribusi, yang mungkin sebelumnya tidak pernah mereka temukan bagaimana caranya," ujarnya dalam diskusi bersama CSIS Indonesia, Selasa (4/10/2022).
Misalnya, OVO sendiri merupakan bagian dari ekosistem Grab, artinya setiap UMKM dalam ekosistem mulai membuka diri, berkenan menerima pembayaran via OVO.
Hasilnya, sekitar 70 persen UMKM dalam ekosistem akhirnya mengaku mulai merasakan berkah peningkatan nilai transaksi dan penjualan. Hal ini tercermin berdasarkan riset pihaknya bersama Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia beberapa waktu lalu.
Baca Juga
"Setelah masuk ekosistem digital, UMKM bisa meningkatkan transaksi dan penjualan sekitar 27-30 persen dari biasanya. Ini tentu begitu signifikan buat perekonomian, karena bagi negara ini membantu UMKM merupakan kata-kata yang sangat berarti," ujar pria yang kini menjadi salah satu steering committee Indonesia Fintech Society (IFSoc) ini.
Fenomena kedua, kata dia, tergambar dari pengalamannya membangun platform wealth-tech investasi reksa dana PT Bareksa Portal Investasi atau Bareksa pada 2015. Ketika itu, Karaniya mengungkap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri begitu menantikan inovasi semacam Bareksa, demi mendongkrak jumlah investor ritel di Tanah Air.
"Ketika itu, kita kalah jauh dari Thailand dari sisi penetrasi investor ritel terhadap investasi reksa dana. Indonesia waktu itu 600.000 investor atau penetrasinya 0,7 persen saja. Sekarang bisa dilihat, hanya dalam 6 tahun, total investor ritel di Tanah Air yang berpartisipasi menembus 8,5 juta. Masih kecil, tapi pertumbuhannya ada dan ini karena digitalisasi lewat tekfin," tambahnya.
Sedang ketiga, peran tekfin tercermin dari keterlibatan dompet digital dalam program Kartu Prakerja, yang awalnya bertujuan untuk membantu masyarakat yang kesulitan mencari kerja atau terkena PHK selama era pandemi Covid-19 lalu.
Sebagai informasi, para platform dompet digital merupakan salah satu mitra penyalur insentif bulanan program Kartu Prakerja. Bahkan, lebih dari 70 persen peserta lebih memilih dompet digital sebagai metode pencairan insentif.
"Digitalisasi dalam program Kartu Prakerja membuat setiap orang bisa mendaftar sendiri, tanpa perantara atau pemain tengah, untuk pertama kalinya di negara ini. Seperti diketahui bersama, Indonesia sendiri selalu ada intermediary issue [calo] kalau bicara soal sistem bantuan sosial," katanya.
Selain peran investasi yang disampaikan Pak Kar, fintech sendiri menjadi salah satu penyalur pendanaan bagi UMKM melalui skemapeer to peer lending alias pinjaman online. Saat ini, berdasarkan catatan Bisnis, terdapat 102 perusahaan yang sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan.