Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Allo Bank: Ekspektasi Nasabah Makin Tinggi terhadap Layanan Digital Banking

Digitalisasi memungkinkan perbankan menjangkau nasabah lebih luas dan menyentuh segmen unbanked.
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Abdurachman
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) menilai bahwa ekspektasi nasabah terhadap layanan perbankan digital semakin tinggi karena adanya tuntutan penawaran produk yang dipersonalisasi. Keamanan digital menjadi krusial dalam kondisi itu.

Direktur Utama Allo Bank (BBHI) Indra Utoyo menjelaskan bahwa digitalisasi perbankan berpotensi besar untuk mengubah lanskap inklusi keuangan di Indonesia. Digitalisasi memungkinkan perbankan menjangkau nasabah lebih luas dan menyentuh segmen unbanked.

Di sisi lain, digitalisasi juga membuat masyarakat mengharapkan berbagai inovasi dan perkembangan layanan dari perbankan. Salah satu yang paling utama adalah nasabah mengharapkan adanya produk yang dipersonalisasi atau sesuai dengan kebutuhan atau preferensi setiap orang.

"Di sisi publik, ekspektasi nasabah atas digital banking semakin tinggi, termasuk bagaimana bank bisa memanfaatkan teknologi untuk menawarkan produk dan jasa secara personalized yang memberikan value lebih dibanding kompetitor," ujar Indra kepada Bisnis, pekan lalu.

Personalisasi produk itu membutuhkan segudang data dan pengolahannya dengan sistem maupun kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Pengembangan yang semakin luas pun memerlukan keandalan perusahaan dalam melindungi data dan memperkuat keandalan digital.

Indra menyebut bahwa Allo Bank terus berupaya menerapkan standar tertinggi dalam manajemen risiko, khususnya terkait keamanan digital (cyber security). Hal itu mencakup aspek sistem dan teknologi, serta kapabilitas dari sumber daya manusia (SDM).

Menurutnya, mitigasi serangan siber dilakukan dengan pengamanan berlapis dan kolaborasi dengan pihak-pihak lainnya. Mitigasi itu di antaranya mencakup identifikasi kerentanan, pegecekan keamanan rutin, penerapan teknologi proteksi keamanan terkini, respond and rcovery plan, hingga kolaborasi dengan pemangku kebijakan.

"Menurut data Verizon tahun 2021, hampir 82 persen serangan siber yang berhasil melibatkan faktor manusia seperti social engineering, phishing, penyalahgunaan akses, dan kebocoran data. Oleh karenanya, kami secara berkala meningkatkan security awareness kepada internal staf maupun nasabah melalui berbagai media," katanya.

*Wawancara dengan Indra Utoyo merupakan bagian dari laporan khusus Dag-Dig-Dug Digitalisasi yang terbit di harian Bisnis Indonesia edisi Senin (29/5/2023). Baca laporan selengkapnya di epaper.bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper