Bisnis.com, JAKARTA — Bank syariah di Indonesia kian cakap mengandalkan kemampuannya dalam mendulang laba bersih. Capaian laba bersih bank-bank syariah dipimpin oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).
Berdasarkan laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini, indikator profitabilitas bank syariah terus mengalami perbaikan. Tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) bank syariah pada 2022 mencapai 1,9 persen, naik 18 basis poin (bps) dibandingkan ROA pada 2021 sebesar 1,72 persen.
Semakin tinggi ROA, maka bank tercatat semakin kuat dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan.
Berdasarkan jenisnya, ROA terbesar ada pada bank umum syariah (BUS) seperti BSI dan Bank Muamalat yang mencapai 2 persen. Kemudian bank perekonomian rakyat syariah (BPRS) mempunyai ROA 1,92 persen dan unit usaha syariah (UUS) sebesar 1,69 persen.
Meski begitu, ROA bank syariah lebih rendah dibandingkan ROA bank konvensional yang mencapai 2,47 persen pada 2022.
Baca Juga
Selain ROA, bank syariah kian efisien dalam menjalankan bisnisnya. Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) bank syariah mencapai 77,48 persen pada 2022, susut 413 bps dari 81,61 persen pada tahun sebelumnya.
Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Bank syariah juga lebih efisien dibandingkan bank konvensional, ditunjukkan oleh rasio BOPO yang lebih rendah dibandingkan bank konvensional yang mencapai 78,71 pada 2022. Diantara pendorong efisiensi bank syariah adalah digitalisasi perbankan yang masif serta sinergi positif dengan induk.
"Implikasi positif dari adanya sinergi diharapkan mampu mendorong perbankan syariah lebih efisien, karena mampu meminimalisir biaya operasional melalui pembagian sumber daya dan keahlian dari perusahaan induk yang memiliki sumber daya yang relatif lebih baik," tulis OJK dalam laporannya dikutip Bisnis pada Minggu (2/7/2023).
Perbaikan pada indikator profitabilitas bank syariah ini sejalan dengan capaian laba bersih sejumlah bank syariah di Indonesia. BSI misalnya mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,26 triliun pada 2022, tumbuh 41,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kinerja apik BSI itu merupakan buah dari merger dua tahun lalu. BSI memang bank syariah hasil merger Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah.
"Alhamdulillah kinerja BSI sepanjang tahun lalu tumbuh signifikan. Kita bisa lihat dari laba bersih BSI yang mencapai Rp 4,26 triliun," ujar Erick dalam keterangan tertulisnya.
Pada awal tahun ini atau kuartal I/2023, laba BSI juga tumbuh 48 persen yoy menjadi Rp1,45 triliun.
Bank syariah tertua di Indonesia, yakni Bank Muamalat juga mencatatkan peningkatan laba 197,98 persen yoy menjadi Rp26,58 miliar pada 2022. Namun, laba Bank Muamalat turun 14,69 persen yoy pada kuartal I/2023 menjadi Rp10,22 miliar. Meski demikian, laba ini sangat kecil dibandingkan aset perusaahaan sebesar Rp61,36 triliun.
Kemudian, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) diketahui membukukan peningkatan laba 20,54 persen yoy menjadi Rp1,76 triliun sepanjang 2022. BTPS juga mencatatkan peningkatan laba 3 persen yoy pada tiga bulan pertama 2023 menjadi Rp424,67 miliar.