Bisnis.com, JAKARTA— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi piutang pembiayaan multifinance pada semester II/2023 akan melambat. Padahal piutang pembiayaan tumbuh 16,38 persen yoy menjadiRp441,23 triliun dari Rp379,11 triliun per Mei 2022.
Terkait hal tersebut, PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) menyebut bahwa prediksi regulator beralasan. Menurut Chief Financial Officer Adira Finance Sylvanus Gani Mendrofa piutang pembiayaan multifinance kemungkinan melambat tetapi tidak menurun.
“Istilah saya bukan menurun, tetapi tingkat percepatannya akan lebih moderat,” kata Gani kepada Bisnis, Selasa (11/7/2023).
Percepatannya lebih moderat dengan alasan angka basis pada semester I tahun lalu relatif lebih rendah dibandingkan tahun ini. Hal tersebut lantaran banyak faktor seperti geopolitik Rusia-Ukraina, Covid-19 varian Omicron dan kesulitan supply microchip. Kemudian ada juga masalah inflasi dan bunga acuan yang melonjak.
“Dengan demikian apabila dibandingkan tahun ini pertumbuhan semester I [Januari-Mei] sangat gagah sekali,” katanya.
Gani berpendapat faktor Non Perfoming Financing (NPF) juga menjadi salah satu hal yang membuat pelaku industri pembiayaan akan lebih berhati-hati. Namun dia mengklaim, kenaikan NPF masih dalam rentang yang stabil untuk Adira Finance.
Baca Juga
Gani melanjutkan Adira Finance juga akan melakukan hal yang sama untuk mengatur risiko, dengan segmentasi yang lebih tepat, selective underwriting, serta memperhatikan potensi penguatan sektor ekonomi atau regional tertentu.
“Semestinya kami tetap bisa mencatatkan pertumbuhan piutang yang double-digit sampai akhir tahun,” katanya.
Adira Finance mencacatkan, pertumbuhan piutang pembiayaan sudah naik 23 persen untuk Januari-Juni, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Mudah-murahan secara full-year, masih dalam kisaran tersebut juga,” tandas Gani.
Di sisi lain, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengatakan dalam memitigasi kemungkinan yang diprediksi oleh OJK, pihaknya selalu melakukan proses akuisisi dengan penerapan suku bunga berbasis profil risiko nasabah (risk base pricing).
Dengan demikian, dia menyebut pendapatan perusahan tetap terjaga seiring dengan kualitas portfolio yang sehat. Selain itu, lanjut Ristiawan, CNAF juga fokus dalam memberikan pelayanan yang lebih kepada nasabah existing Bank CIMB Niaga.
“Sehingga loyalitas nasabah yang mempunyai lebih dari satu produk perbankan tetap dapat dijaga dengan baik,” kata Ristiawan saat dihubungi Bisnis, Selasa (11/7/2023).
Prediksi OJK Soal Piutang Pembiayaan
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengatakan bahwa pertumbuhan piutang pembiayaan industri multifinance pada semester II akan melambat dan diperkirakan tidak setinggi semester I 2023.
Menurutnya dengan berakhirnya status pandemi Covid-19, perusahaan pembiayaan harus waspada terhadap perubahan profil risiko nasabah yang pada saat pandemi layak dibiayai karena sebagian persentase pendapatan dapat ditabung, misalnya biaya transportasi bagi pekerja/profesional.
“Situasi ini langsung atau tidak langsung mempengaruhi delinquency rate nasabah yang memiliki fixed income tersebut,” kata Ogi.
Dia mengatakan NPF bisa jadi bergerak sedikit naik tapi masih disimpulkan bahwa risiko pembiayaan masih cukup terkendali. Berdasarkan data Laporan Bulanan Perusahaan Pembiayaan, piutang pembiayaan tumbuh menjadi Rp441,23 triliun dari Rp379,11 triliun per Mei 2022 atau tumbuh sebesar 16,38 persen yoy atau tumbuh sebesar 6,10 persen ytd.
Dengan mempertimbangkan realisasi pembiayaan sampai dengan Mei tersebut, OJK menilai target pertumbuhan piutang pembiayaan sebesar 15 persen untuk tahun 2023 masih cukup realistis.
“Pertumbuhan piutang pembiayaan ini dikontribusi oleh penyaluran pembiayaan di sektor produktif baik pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja,” kata Ogi.