Perlu jadi Perhatian
Masifnya penggunaan produk paylater maupun pinjol juga perlu menjadi perhatian. Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kunci utama agar terbebas dari jeratan paylater adalah dengan edukasi yang konsisten. Edukasi ini pun bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, komunitas, dan influencer.
Hasil studi Celios menunjukkan tujuh dari 10 investor ritel mengandalkan influencer untuk mempengaruhi keputusan keuangannya. Ini artinya, ada korelasi antara era media sosial yang terus meningkat dengan pengaruh informasi yang diterima oleh gen Z dan milenial.
Bhima memandang salah satu konten yang perlu diperbanyak terkait tanggung jawab sebagai peminjam, membaca detail konsekuensi pinjaman, membandingkan bunga dan denda antar platform, hingga memahami bahwa pinjaman diarahkan untuk hal yang produktif bukan semata gaya hidup.
Ramainya generasi muda tertarik menggunakan paylater salah satunya karena proses cepat. Di samping itu, terintegrasi dengan platform yang biasa digunakan (ride hailing-food deliver) serta masifnya pemasaran paylater di berbagai kanal.
Terlebih, sambung Bhima, minat masyarakat menggunakan paylater justru menjadi kekhawatiran adanya risiko jangka panjang terkait dengan ketergantungan pada utang.
“Paylater cenderung untuk kebutuhan konsumtif maka memicu perilaku boros di generasi muda. Sebagian juga terjerat paylater karena ketidaktahuan terhadap konsekuensi pinjaman, yang akhirnya menyesal,” ujar Bhima kepada Bisnis, Selasa (22/8/2023).
Bhima pun menyayangkan generasi muda yang mencoba menggunakan paylater dan menunggak yang akhirnya berimbas pada tidak bisa mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) di masa depan.
“Agak lucu juga kalau coba-coba paylater kemudian menunggak Rp300.000 dan tidak bisa mengajukan pinjaman KPR karena masuk blacklist di SLIK OJK,” imbuhnya.
Bhima memandang pemain BNPL memiliki andil besar dalam memastikan calon debitur punya credit scoring yang baik, kemudian memberikan literasi keuangan sebelum menawarkan produknya.
“Kalau perlu sebelum pengajuan paylater harus ada persetujuan dalam bentuk suara, bukan hanya klik saja,” katanya.
Dia mencontohkan, pada saat bagian syarat dan persetujuan pinjaman beserta jatuh tempo perlu adanya tambahan rekaman persetujuan seperti penjualan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked.
“Pada waktu pengucapan itu ada rasa tanggung jawab, ini sebagai salah satu cara untuk membuat orang enggak gampang apply paylater, tapi juga ada konsekuensi,” tandasnya.
Seperti yang disampaikan Bhima, kemudahan meminjam dana melalui pinjol maupun paylater juga bisa menjadi bumerang. Ketergantungan pada utang bisa menimbulkan polemik baru di tengah masyarakat.
Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda memandang jeratan pinjol maupun paylater bukan hanya dapat merugikan secara finansial, melainkan juga dapat mengancam nyawa.
“Ada kasus pinjol atau paylater yang bukan hanya merugikan masyarakat, tapi bisa mengambil nyawa seseorang. Jadi banyak sekali yang harus diperbaiki,” kata Huda dalam webinar Road to Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2023 bertajuk Layanan Finansial Digital: Antara Kemudahan dan Ancaman secara virtual, Senin (21/8/2023).
Huda melihat generasi muda memiliki kemudahan dalam melakukan pinjam-meminjam dana di aplikasi pinjol maupun paylater. Pasalnya, seseorang dapat mendapatkan pinjaman hanya dengan bermodal verifikasi melalui identitas KTP.
“Ini yang menyebabkan banyak sekali anak muda terjerat pinjol, dan kalau kita lihat dari karakteristik anak muda di Indonesia yang memiliki pendapatan masih rendah, dan ada tren kredit macet di anak muda yang relatif tinggi. Artinya, ini bisa menjadi ancaman juga untuk pelayanan fintech atau paylater,” tuturnya.
Selain itu, Huda menambahkan pinjaman tersebut juga digunakan untuk kebutuhan konsumtif, seperti membayar tiket konser. Untuk kasus pinjol teranyar, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang mengalami kerugian investasi kripto dan terlilit utang di pinjol tega menghabisi nyawa juniornya.
Di samping digital financial services menciptakan sumber pembiayaan yang baru bagi masyarakat selain perbankan, namun masih ada tantangan yang menjadi ancaman seperti literasi digital hingga literasi keuangan yang relatif rendah.
“Harus diwaspadai, agar pinjol dan paylater harus waspadai, jangan sampai itu terlewat mudah untuk diberikan ke masyarakat,“ tandasnya.