Bisnis.com, JAKARTA— Manajemen Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 merespons rencana aksi mogok kerja nasional yang akan dilakukan Serikat Pekerja pada 18-20 Oktober 2023.
Sekretaris Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Hery Darmawansyah mengatakan pihaknya telah mengetahui rencana tersebut.
“Manajemen sudah menerima surat dari SP [Serikat Pekerja] terkait hal tersebut,” kata Hery kepada Bisnis, Senin (16/10/2023).
Hery menambahkan pihak manajemen juga menyayangkan sikap Serikat Pekerja terkait aksi tersebut. Menurutnya, Serikat Pekerja seharusnya mendukung penuh implementasi Rencana Penyehatan Keuangan (RPK) perusahaan yang sudah mendapatkan pernyataan tidak keberatan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di sisi lain, Ketua Umum Serikat Pekerja NIBA AJB Bumiputera 1912 Rizky Yudha Pratama mengatakan pihaknya hanya ingin menyuarakan aspirasinya.
Dia menambahkan bahwa selama tujuh tahun hak pekerja terlunta-lunta. Manajemen tidak transparan terkait dengan masalah yang tengah dihadapi perusahaan.
Baca Juga
“Kami sadar bahwa perusahaan sedang bermasalah keuangan, tetapi secara resmi saya bekerja di sini, perusahaan belum pernah menyatakan secara resmi kerugian lalu apa yang menyebabkan tekanan likuiditas, siapa yang bertanggung jawab atas kesulitan likuiditas dan apakah person pelaku kesulitan likuiditas sudah diproses hukum sebagaimana mestinya,” kata Rizky dihubungi Bisnis, Senin (16/10/2023).
Rizky mengatakan para pekerja juga khawatir penyelamatan perusahaan hanya jalan di tempat seperti sekarang ini. Hal tersebut menurutnya menbuat eksistensi perusahaan terancam.
“Kondisi ini tentunya akan mengancam eksistensi pekerja dan mitra kerja juga pemegang polis,” katanya.
Selain itu, dia berkomentar bahwa program penyehatan perusahaan seharusnya terukur, sistematis dan transparan. Namun justru pekerja tidakdilibatkan dalam proses implementasi program tersebut selama ini.
Rizky menambahkan sudah sekitar empat bulan sistem atau aplikasi yang menjadi jantung perusahaan mengalami gangguan.
“Kami sudah sampaikan ini berkali-kali ke manajemen, ini berbahaya dampaknya buat pekerja dibagian pelayanan dan berbahaya bagi keamanan data perusahaan. Tapi manajemen tidak menjadikannya prioritas,” ungkapnya.
Dalam aksi mogok kerja, Rizky mengatakan pihaknya juga menuntut jaminan keamanan dan keselamatan bagi pekerja. Menurutnya sudah banyak hal yang dikorbankan oleh pekerja seperti kebutuhan operasional yang belum diganti perusahaan.
“Teman-teman kami juga ada yang barang pribadinya disandera pemegang polis, karena klaim tidak dibayar,” ungkapnya.