Bisnis.com, JAKARTA -- Saham bank digital kompak terkoreksi pada perdagangan awal sesi I Rabu (18/7/2023) dan berada dalam tren penurunan sepanjang tahun berjalan. Kendati demikian, sejumlah bank digital memang melakukan terobosan inovatif yang diprediksi bisa menjadi katalis positif bagi sejumlah saham-saham tersebut.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (18/10/2023) turun 0,76%, ke level Rp266. Sayangnya, dalam sebulan, harga saham BBYB masih turun 24% persen.
Lalu, jika ditarik sejak awal tahun hingga pertengahan Oktober 2023 atau secara year–to–date (ytd), harga saham emiten bank digital ini turun 58,76%
Kemudian, harga saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dalam pembukaan perdagangan hari ini justru turun 2,45% ke level Rp1.795. Dalam sepekan pun saham ARTO pun turun 4,02%. Demikian pula jika ditarik dari awal September 2023, harga saham ARTO tertekan 21,62%.
Penurunan ini pun diikuti oleh PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) yang terkoreksi 0,74% ke level Rp270. Secara ytd pun AGRO terus mengalami penurunan sebesar 33,17%
Selain itu, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) ikut terparkir di zona merah pada hari ini, Rabu (18/10/2023) mencatatkan penurunan harga saham 1,47. Secara ytd pun, BANK terus terkoreksi mencapai 28,98%
Baca Juga
Hal serupa juga terjadi pada emiten bank digital milik Chairul Tanjung yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang juga mengalami penurunan saham 1,59%, turun 40 basis poin ke level Rp1.800 pada perdagangan sesi I hari ini.
Bahkan, PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) juga mengalami penurunan harga saham sebesar 1,25% ke level Rp316. Namun, jika melihat dalam sepekan AMAR parkir di zona hijau, naik 5,33% dan secara ytd pun AMAR naik 36,21%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus pun melihat tren lesunya saham bank digital, lantaran belum ada sentimen yang mampu mendukung kenaikkan bagi saham bank bank digital.
Menurutnya, mulai melambatnya perkembangan ekosistem juga menjadi salah satu faktor sulitnya harga bank digital mengalami kenaikkan.
“Oleh sebab itu, besar harapan kami tatkala sentimen akan kenaikkan tingkat suku bunga masih memberatkan sektor teknologi, bank bank digital mampu untuk berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistem yang mereka miliki,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (18/10/2023).
Menurutnya, hal ini karena dengan semakin besar ekosistem yang mereka miliki, maka penetrasi pasar akan semakin besar, karena tingkat engagement antara user dengan applikasi akan semakin besar.
Sementara itu, AWP Asesor Kompetensi LSP Pasar Modal Gembong Suwito pun menyampaikan tren saham bank digital erat kaitannya dengan suatu momen, di mana puncaknya ada pada 2020 dan 2021. Baginya, saat itu bank digital sedang booming, sehingga investor ritel banyak yang masuk.
“Karena bicara momen, maka abila momen itu lewat, ya sisanya sejalan dengan perusahaan, back to business, profitability,” ungkapnya pada Bisnis dalam agends BluAcademy, Selasa (17/10/2023).