Bisnis.com, JAKARTA— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomentar soal kemungkinan pembiayaan investasi melambat pada 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan pembiayaan secara umum masih tumbuh subur pada 2024. Bahkan diproyeksikan akan meningkat double digit pada tahun depan.
“Secara umum masih tumbuh tinggi dan terjaga,” kata Agusman kepada Bisnis Jumat (22/9/2022).
Agusman mengatakan pihaknya berharap smeua sektor pembiayaan akan bertumbuh. Terutama yang bersifat produktif termasuk pembiayaan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Dia juga berharap Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar pada 2024 berjalan dengan aman dan baik. Dengan demikian, menimbulkan optimisme terhadap perkembangan ekonomi dan bisnis ke depan, termasuk industri multifinance.
Sebelumnya, PT BFI Finance Indonesia Tbk. atau BFI Finance (BFIN) memprediksi bahwa kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 6% kemungkinan akan berdampak ke pembiayaan investasi perusahaan yang berkaitan dengan pembiayaan mesin dan alat berat.
Baca Juga
“Kami mungkin akan melakukan shifting, untuk pembiayaan investasi seperti mesin dan alat berat akan kami adjustment,” kata Direktur Bisnis BFI Finance Sutadi dalam Public Expose (PE) di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Kendati demikian, Sutadi mengatakan untuk pembiayaan multiguna dan modal kerja mungkin tak terlalu terdampak. Dia memprediksi bahwa dua jenis pembiayaan tersebut masih akan menunjukan pertumbuhan.
“Untuk pembiayaan multiguna dan modal kerja masih akan growth,” ungkapnya.
Adapun pada kuartal III/2023, pembiayaan paling besar BFI Finance ditopang oleh refinancing yang mencapai 53%, leasing seperti alat berat dan mesin 13%, motor 13%, mobil bekas dan mobil baru 11%, properti 3%, serta syariah 2%.
Dalam catatan Bisnis, piutang pembiayaan alat berat mengalami pergerakan yang fluktuatif selama lima tahun terakhir, sejak Agustus 2019–Agustus 2023.
Dalam periode ini, kontraksi terdalam terjadi pada Agustus 2020 dengan penurunan sebesar 16,62% yoy menjadi Rp30,93 triliun. Penurunan berlanjut hingga Agustus 2021 yang menyusut 12,69% yoy menjadi Rp27 triliun.
Namun, piutang pembiayaan alat berat menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan 28,16% yoy menjadi Rp34,61 triliun pada 2022. Sayangnya, pertumbuhan alat berat melambat menjadi 18% yoy pada delapan bulan pertama 2023.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memproyeksikan pembiayaan alat berat akan turun hingga akhir tahun, seiring dengan investasi alat berat yang sudah dilakukan pada 2020–2022. Meski demikian, Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menyebut naik turunnya penjualan alat berat merupakan tren yang normal. Umumnya, Suwandi menuturkan rata-rata pergantian alat berat dilakukan antara 3 tahun–4 tahun sekali.
“Sewaktu terjadi peningkatan dengan harga yang tambang naik, tentu ini bisa menyebabkan permintaan alat berat akan tinggi. Tapi pada saat sudah cukup banyak dibeli, tentu mereka produksi dulu. Nanti kalau saat alatnya sudah tua, baru mereka ganti,” kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/11/2023).
Suwandi mengatakan melambatnya pertumbuhan piutang pembiayaan alat berat ini dipicu oleh harga komoditas yang lesu. Namun, lesunya harga komoditas tidak serta-merta mempengaruhi perlambatan penjualan alat berat.
“Kalau harga terus bagus dan tinggi, pasti mungkin bisa juga orang beli alat berat lagi untuk menambah armada. Tetapi tidak secara linier, harga turun maupun naik, orang tetap menambang,” ujarnya.
Untuk tahun depan, Suwandi melihat permintaan pembiayaan alat berat di industri perusahaan pembiayaan (multifinance) masih tetap ada namun diproyeksi akan cenderung turun.
“Kemungkinan bisa sama atau turun sedikit 10%, tapi saya juga belum dapat prediksinya, tapi mungkin bisa terjadi penurunan sedikit. Tapi permintaan masih ada untuk tahun depan,” ungkapnya.