Bisnis.com, JAKARTA - Laju simpanan nasabah di bank atau dana pihak ketiga (DPK) mengalami tren lesu tahun ini. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) pun menyiapkan sejumlah siasat agar likuiditas tidak terdampak.
Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom mengatakan laju DPK perbankan pada Oktober yang hanya tumbuh 3,43% secara tahunan (year on year/yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan DPK pada bulan sebelumnya atau September 2023 sebesar 6,54% yoy.
"Ini bisa menunjukan likuiditas yang mengetat," katanya dalam public expose pada Senin (27/11/2023).
Menurutnya, pelambatan DPK perbankan dari sisi rupiah dipengaruhi pengetatan kebijakan moneter dan fiskal yang diperlukan untuk stabilitas nilai tukar. Di sisi valuta asing (valas), penyusutan laju simpanan dipengaruhi ekspor komoditas dan arus keluar dana asing.
Adapun, BNI menyiapkan sejumlah strategi sebagai penyangga agar likuiditas tetap terjaga di tengah tren lesunya simpanan.
BNI misalnya menggenjot transaksi digital untuk mendorong raupan dana murah atau current account saving account (CASA) berbasis tabungan dan giro yang kuat. Tercatat porsi CASA di BNI mencapai 69%.
Baca Juga
"Kami pantau rasio CASA yang nilainya terus membaik. Semakin banyak kredit didanai dana murah untuk mengurangi ketergantungan dana mahal," kata Mucharom.
Selain itu, BNI menjalankan penetrasi cross selling dan peningkatan volume transaksi ke segmen enterprise, comercial, dan wealth client. "Kami proyeksikan likuiditas akan membaik seiring belanja pemerintah akhir tahun ini," katanya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan meskipun simpanan nasabah di bank melambat, namun, likuiditas perbankan tetap terjaga dan mampu menopang laju kredit.
"Likuiditas perbankan yang masih memadai mendukung ketahanan stabilitas sistem keuangan," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (23/11/2023).
Menurutnya pada Oktober 2023, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tetap terjaga tinggi, yaitu di level 26,36%.