Bisnis.com, JAKARTA — Penyaluran pinjaman di industri fintech peer to peer (fintech P2P) lending atau lebih dikenal dengan sebutan pinjaman online (pinjol) diprediksi akan menggeliat jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Menengok data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja fintech peer-to-peer (P2P) lending terus melanjutkan peningkatan. Per Oktober 2023, misalnya, pertumbuhan outstanding pembiayaan fintech P2P lending mampu tumbuh dua digit menjadi Rp58,05 triliun. Pada periode tersebut, OJK mencatat outstanding pembiayaan pinjol tumbuh 17,66% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp49,34 triliun.
Pertumbuhan tersebut naik jika dibandingkan dengan periode September 2023 yang hanya menguat 14,28% yoy menjadi Rp55,70 triliun.Sementara itu, tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga di posisi 2,89% pada 10 bulan pertama tahun ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman optimistis perayaan Nataru dapat semakin meningkatkan bisnis P2P lending.
“Sejalan dengan diharapkan perlindungan konsumen juga semakin meningkat,” kata Agusman kepada Bisnis, Rabu (6/12/2023).
Pengaruh permintaan pendanaan akhir tahun diaminkan oleh para pengamat. Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, jika melihat posisi per Oktober 2023, penyaluran pinjaman online meningkat yang didorong oleh kebutuhan pendanaan jelang akhir tahun. Dia pun memproyeksi pembiayaan yang meningkat adalah pembiayaan konsumtif.
Baca Juga
“Kemungkinan besar, di Desember ini juga akan meningkat karena kebutuhan pembiayaan akan meningkat. Salah satunya untuk pemenuhan kebutuhan pokok karena harga bahan pokok meningkat,” kata Huda kepada Bisnis.
Selain itu, Huda memperkirakan kebutuhan untuk liburan juga meningkat jelang akhir tahun. Sama halnya dengan libur Natal dan tahun baru yang turut menggeliatkan kebutuhan untuk destinasi perjalanan dan berlibur.
“Yang pasti ada kenaikan pembiayaan melalui pinjol ketika akhir tahun guna memenuhi kebutuhan ketika terjadi libur panjang,” ujarnya.
Kendati demikian, yang perlu diwaspadai pemain fintech P2P lending adalah kenaikan tingkat kredit macet di bulan Maret dan April. Biasanya, lanjut dia, kredit macet meningkat di bulan-bulan tersebut, terutama untuk peminjam usia sangat muda dengan usia di atas 19 tahun dan muda di rentang 19 tahun—34 tahun.
Meski demikian dia mewanti wanti, peningkatan permintaan pembiayaan secara online ini juga dimanfaatkan oleh para pelaku pinjol ilegal untuk menarik nasabah yang membutuhkan pembiayaan. Maka dari itu, Huda mengimbau agar masyarakat harus hati-hati untuk melakukan pinjaman ke pinjol.
“Dipastikan terlebih dahulu untuk legalitasnya. Pahami syarat-syarat dan ketentuan lainnya agar tidak memberatkan ke depan,” ungkapnya.
Platform fintech P2P lending PT Sahabat Mikro Fintek (Samir). Public and Government Relation Samir Balqis Putri mengatakan, berdasarkan tren tahun-tahun sebelumnya, permintaan pinjaman online biasanya meningkat di musim liburan, seperti nataru.
Secara umum, Balqis memperkirakan akan adanya potensi peningkatan permintaan yang signifikan terhadap pinjaman di Samir. “Peningkatannya bisa bervariasi, tetapi proyeksi kenaikan sekitar 10%-20%,” kata Balqis.
Balqis menuturkan bahwa banyak dari nasabah Samir yang mencari pinjaman tambahan untuk memenuhi kebutuhan liburan, belanja, atau menghadapi pengeluaran ekstra yang biasanya terjadi pada akhir tahun.
Untuk menghadapi lonjakan permintaan pinjol pada Nataru, Samir menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan beberapa mitigasi. Beberapa strategi yang diterapkan antara lain meningkatkan kapasitas server dan infrastruktur untuk menangani lonjakan trafik, serta mempercepat proses verifikasi dan persetujuan pinjaman.
“Kami juga meningkatkan layanan pelanggan untuk memberikan pengalaman yang baik kepada pengguna,” sambungnya.
Balqis pun tak memungkiri bahwa peningkatan pinjaman online ini bisa memicu peningkatan risiko kredit macet bagi perusahaan. Oleh karena itu, strategi yang diadopsi Samir akan berfokus pada manajemen risiko yang efektif, mulai dari peningkatan analisis kredit, pemantauan secara berkala terhadap portofolio pinjaman.
Lebih lanjut, perusahaan juga akan melakukan peningkatan edukasi dan literasi dengan para peminjam untuk memastikan kesadaran tentang kewajiban pembayaran mereka.
Di sisi lain, platform PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) memandang tren pendanaan produktif menjelang natal dan tahun baru bisa bervariasi tergantung pada beberapa faktor.
“Namun, berdasarkan tren-tren di tahun sebelumnya, jumlah pengajuan pinjaman di akhir tahun cenderung meningkat karena tidak sedikit orang yang meningkatkan kegiatan belanja menjelang Natal dan tahun baru,” ucap Country Head Indonesia Modalku Arthur Adisusanto.
Menurut Arthur, UMKM akan cenderung membutuhkan dana lebih banyak, untuk memenuhi permintaan konsumen, menjamin kelangsungan operasi, dan memanfaatkan peluang pertumbuhan bisnis yang dihasilkan oleh musim puncak ini.
“Oleh karena itu, kami tentunya berharap menjelang akhir tahun ini dapat mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan,” katanya optimistis.
Lebih lanjut, Arthur menyatakan bahwa saat ini Modalku konsisten menjaga pertumbuhan kredit dengan sangat memperhatikan kualitas portofolio yang dimiliki. Modalku menekankan bahwa perusahaan selalu mengedepankan penerapan prudential norm, manajemen risiko, dan prinsip responsible lending.
Selain itu, Modalku juga meningkatkan sistem mitigasi risiko dalam menjaga angka NPL seperti melakukan assessment, monitoring, dan collection.
Sejumlah mitigas tersebut dilakukan Modalku sebagai upaya deteksi awal apabila terjadi penurunan kualitas portofolio dan upaya penagihan, serta penyelamatan kredit secara simultan.