Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perluas Channel Pemasaran, Asuransi Generali Indonesia Geber Pertumbuhan

PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) menargetkan pertumbuhan bisnis pada 2024.
Karyawan melintas di dekat logo PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia di Jakarta, Kamis (2/7/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan melintas di dekat logo PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia di Jakarta, Kamis (2/7/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA— PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) menargetkan pertumbuhan bisnis pada 2024. 

Termasuk meningkatkan nasabah polis asuransi, perseroan berharap semakin banyak orang yang memiliki perlindungan asuransi. Belajar dari pandemi Covid-19, risiko bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. 

Chief Executive Officer (CEO) Generali Indonesia Edy Tuhirman mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut, perseroan berusaha menghadirkan produk dan layanan yang inovatif. 

“Sejalan dengan inovasi tersebut, kami terus memperluas kerjasama dengan para partner sambil juga konsisten melakukan edukasi kepada masyarakat dan komunitas terkait dengan pentingnya perlindungan asuransi sebagai bagian dari rencana keuangan keluarga,” kata Edy kepada Bisnis, Sabtu (6/1/2024). 

Edy mengatakan strategi multi-channel dan multi-product diharapkan bisa mengakomodir kebutuhan proteksi masyarakat yang saat ini sedang meningkat. Pada 2024, Generali Indonesia juga terus mengoptimalkan layanan nasabah secara digital untuk memudahkan dalam berasuransi, seperti melalui aplikasi Gen iClick dan webinar gratis GenTalks yang berisi update terkini terkait informasi kesehatan dan finansial. 

Edy mengatakan pihak pun optimistis semua lini bisnis asuransi jiwa akan tumbuh tahun ini, baik dari keagenan, partnership, corporate solution dan direct channel

“Inovasi dan strategi yang bergerak sesuai dengan kebutuhan pasar terus berjalan sesuai dengan segmennya masing-masing. Untuk asuransi kesehatan, kami optimis masih akan terus berpeluang baik di tahun 2024 dan bahkan di tahun-tahun mendatang,” ungkap Edy. 

Edy menyebut asuransi kesehatan masih terus dibutuhkan oleh masyarakat apalagi mengingat inflasi kesehatan terus tinggi, di mana mencapai lebih dari 10% dan bahkan lebih tinggi dari inflasi ekonomi. 

“Terkait dengan pentingnya perlindungan kesehatan ini, kami percaya masyarakat juga sudah menyadari kebutuhan ini,” ungkapnya. 

Edy juga menyadari bahwa asuransi tradisional mulai mendominasi dibandingkan Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) atau unit link, khususnya pada semester II/2023. Kendati demikian, pihaknya percaya bahwa unit link juga masih dibutuhkan nasabah, pasalnya setiap produk memiliki segmennya masing-masing. 

“Berbagai pilihan produk perlindungan Generali telah tersedia dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan nasabah,” ungkapnya. 

Mengutip laporan keuangan konvensional Generali Indonesia per November 2023, perseroan mencatatkan pendapatan premi Rp2,75 triliun. Angka tersebut naik 3,7% dibandingkan dengan per November 2022 yakni Rp2,66 triliun. 

Catatan tersebut turut mendukung jumlah pendapatan yang naik 32% menjadi Rp2,7 triliun dari Rp2,04 triliun per November 2022. Hasil investasi terhitung mencapai Rp124 miliar, setelah sebelumnya negatif Rp539 miliar pada November 2022. 

Sementara itu jumlah beban yang ditanggung mencapai Rp2,8 triliun atau naik 39,7% dari sebelumnya Rp2,03 triliun. Hal tersebut lantaran beban asuransi yang meningkat 47,8% menjadi Rp2,41 triliun dari sebelumnya Rp1,63 triliun. 

Akibatnya perseroan mencatatkan kerugian sebanyak Rp153 miliar, atau lebih banyak dibandingkan dengan Rp3,6 miliar pada November 2023. Dari sisi ekuitas, perseroan mencatatkan Rp1,32 triliun pada November 2023. Angka tersebut sedikit turun 7,9% dari Rp1,44 triliun pada November 2022. 

Sementara itu jumlah liabilitas yang ditanggung adalah Rp4,8 triliun per November 2023, atau turun 3,18% dibandingkan Rp5,02 triliun pada November 2022.  Jumlah aset perseroan mencapai Rp6,18 triliun, atau sedikit menurun 4,4% dibandingkan Rp6,4 triliun pada November 2022.

Tingkat kesehatan finansial perseroan dilihat dari Risk Based Capital (RBC) masih berada di atas ambang batas 120% yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 327%. Namun tingkat RBC tersebut menurun dibandingkan dengan 408% pada November 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper