Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) atau BTN efektif melakukan perubahan merek dan logo per 3 Maret 2024. Peresmian logo ini menjadi bagian dari kiprah perusahaan setelah merayakan HUT ke-74 BTN pada 9 Februari 2024 lalu.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyebut perubahan logo ini merupakan refleksi dari transformasi yang telah dilakukan perusahaan di antaranya di ranah digital untuk mendukung proses bisnis dan layanannya, serta operasional kantor-kantor cabang yang lebih modern
"Perubahan BTN meliputi beberapa, termasuk visi misi baru. Baik dari sisi digitalisasi, teknologi, bisnis proses, perubahan budaya hingga risk management," ujarnya dalam Konferensi Pers, Minggu (3/3/2024)
Nixon juga menyebut bila dahulu perseroan fokus menargetkan kredit, kini pihaknya akan memfokuskan pada layanan digital, transaksi hingga dana murah.
Dirinya membeberkan bahwa perubahan merek dan logo tidak memengaruhi kerja sama yang sedang berlangsung dan perjanjian yang telah disepakati, baik antara Perseroan dengan Nasabah maupun antara Perseroan dengan pihak ketiga lainnya.
Sebagaimana diketahui, logo baru BTN ini memiliki font atau bentuk tulisan yang menyimbolkan optimisme, dengan rancangan konstruksi yang berani dan dinamis untuk menggambarkan Bank BTN yang modern dan relevan dengan perkembangan zaman.
Baca Juga
Nixon menjelaskan, perseroan menggunakan huruf kecil pada logo Bank BTN melambangkan bank yang mudah didekati dan memahami kebutuhan nasabah. Garis merah di atas tulisan “btn” menyimbolkan visi Bank yang progresif
“Dengan terus menciptakan inovasi dan solusi melalui ekosistem perumahan, BTN memposisikan dirinya sebagai bank beyond mortgage atau bank yang melayani lebih dari KPR,” tutur Nixon.
Logo BTN yang lama./Bisnis.com
Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, ulang tahun ke-74 dan peluncuran logo baru menjadi momentum bagi BTN untuk melakukan percepatan transformasi.
Erick menyampaikan, BTN harus mampu menjadi tumpuan dalam solusi pembiayaan perumahan bagi masyarakat.
Dia menyebutkan, saat ini 52% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, dan diperkirakan angka ini meningkat menjadi 70% pada 2035.
Erick mengatakan, pembiayaan untuk 600.000 rumah tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, karena secara keseluruhan, kekurangan perumahan di Indonesia masih bertengger di angka 12,7 juta.
“BTN tentu sudah luar biasa, dari 600.000 rumah, sekarang sudah 300.000 rumah yang BTN biayai. Tapi angka 1 juta sampai 1,5 juta rumah harus menjadi terobosan,” ujarnya.
Menurut Erick, BTN memiliki kapabilitas untuk mencapai goal tersebut, karena kinerjanya yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, baik dari sisi aset maupun penurunan kredit bermasalah.
Hal ini menandakan bahwa BTN merupakan bank dengan kesehatan yang baik.
"Pada 2019, ketika saya menjadi Menteri BUMN, BTN hanya membukukan laba Rp200 miliar. Namun, sekarang sudah mencapai Rp3,5 triliun,” ujar Erick.
Terakhir, Erick berharap BTN dapat menyusun strategi besar untuk menjadi solusi bagi backlog perumahan Tanah Air.