Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Mega Syariah mencatatkan laba bersih mencapai Rp238,72 miliar pada 2023. Capaian ini tumbuh tipis 2,77% secara tahunan ketimbang perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp232,28 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dikutip Senin (18/3/2024), pertumbuhan laba ini terdorong dari kinerja pendapatan dari penyaluran dana yang tumbuh 31% (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,21 triliun dari sebelumnya Rp920,53 miliar pada 2022.
Alhasil, pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga terkerek naik menjadi Rp738,12 miliar, tumbuh 9,38% dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp674,83 miliar pada 2022.
Pertumbuhan laba Bank Mega Syariah juga didorong oleh peningkatan pendapatan lainnya mencapai Rp44,56 miliar, tumbuh 42,75% dari sebelumnya Rp31,22 miliar pada 2022.
Selanjutnya, dari segi rasio profitabilitas, imbal aset (return on asset/ROA) BMS susut 63 basis poin) bps ke level 1,96% pada 2023 dari posisi sebelumnya di level 2,59% pada 2022.
Lalu, rasio imbal balik ekuitas (return on equity/ROE) BMS turun 197 bps menjadi 9,76% dari sebelumnya 11,73%
Baca Juga
Dari sisi intermediasi, Bank Mega Syariah mencatat total penyaluran pembiayaan syariah sampai dengan Desember 2023 mencapai Rp6,99 triliun atau terkoreksi tipis 3,22% dari sebelumnya Rp7,23 trilun pada 2022.
Secara rinci, pembiayaan tersebut terdiri dari pembiayaan berbasis piutang sebesar Rp2,77 triliun, pembiayaan bagi hasil sebesar Rp4,23 trilun serta pembiayaan sewa sebesar Rp1,34 triliun pada 2023
Alhasil, dengan penurunan pembiayaan, aset BMS ikut terkoreksi menjadi menjadi Rp14,57 triliun pada 2023, turun 9,36%
Sejalan dengan penurunan pembiayaan, BMS mencatatkan perbaikan rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) secara gross menjadi 0,98% dari 1,09% dan NPF net sebesar 0,79% pada 2023 dari 0,89% pada 2022.
Terakhir, dari segi pendanaan dana pihak ketiga BMS susut 26,47% menjadi Rp9,69 triliun pada 2023, dari sebelumnya Rp13,18 triliun pada 2022. Sementara itu, rasio dana murah BMS sebesar 29,76% dari total DPK atau senilai Rp2,88 triliun pada 2023.